Chapter 2 : the day they collided

123 16 1
                                    

"Laporkan, Kapten Li, kami awalnya sudah memeriksa berkas kepolisian Daegu, ada tiga ratus pembunuhan karena pemerkosaan!"

Tentara itu sedang memegang iPad-nya dan melapor kepada atasannya yang sedang duduk di kursi kantor, dengan acuh tak acuh memegang cerutu sambil membiarkannya terbakar dengan sendirinya.

Orang bernama Kapten Li menjentikkan jarinya, membiarkan abu cerutunya berjatuhan.

"Hmm..."

Pria itu bersenandung melalui lubang hidungnya sambil menutup matanya.

Periksa laporan arsip. Lagi dan lagi.

Tidak ada pekerjaan serius di markas tentara selama seminggu penuh, bahkan hingga hari ini. Lisa setidaknya merasa bosan, mengambil berkas itu dan segera menandatanganinya.

Tentara Songin, yang telah mengabdi padanya selama sepuluh tahun, mengetahui dengan baik sifat kaptennya.

...

"Laporkan, Kapten Li, sekarang tandatangani ini, dua ratus lima kasus pelecehan di bawah umur,"

...

"Laporkan, Kapten Li, sekarang tandatangani ini, seratus kasus bunuh diri,"

...

"Laporkan, Kapten Li, sekarang tandatangani ini, empat ratus satu kasus pembunuhan berencana,"

...

Pekerjaan ini terjadi berulang kali dari pagi hingga sore hari. Pangkalan militer pasca hujan memancarkan sedikit rasa dingin di akhir musim gugur. Lisa berdiri dari kursi kantornya dan mengangkat jaket kulit hitamnya. Waktunya pulang. Lima hari terakhir ia habiskan dengan bekerja lembur di kantor hanya untuk menandatangani berkas dan melihat berkas yang bertumpuk di atas meja.

Berbicara soal pertunangan, sebenarnya pertunangan itu masih belum benar-benar sah.

Dalam total satu minggu setelah perjodohan, Lisa kerap terjebak dalam pesta mewah yang glamor bersama orang-orang penting yang tidak dikenalnya. Untuk menjemputnya, orang itu, Davikah Hoorne. Terkadang dia hanya berdiam diri di pojokan sementara orang lain menikmati pesta mewah. Selain itu, dia terlalu minder, rasanya seperti memasuki dunia yang belum pernah dimasukinya.

Namun yang tidak dia ketahui, ia justru menjadi topik rahasia orang-orang kaya yang tertarik dengan ketampanan dan sikap acuhnya.

Ketika dia keluar dan bersender dipintu masuk, langit kota sudah mulai menangis, air yang jatuh ketanah memancrit keatas, mengenai celana hitamnya.

Songin berdiri di sampingnya. Memberinya handuk kecil.

Kim Songin, ayahnya dulunya memiliki pangkat yang mengesankan, dia sendiri adalah seorang prajurit dan memiliki ketampanan yang tidak dapat disangkal. Ada puluhan rumor yang beredar bahwa ketampanannya menarik banyak wanita, namun hanya cinta sejati yang bisa memenangkan hatinya.

"Hei Songin, apa arti pernikahan bagimu?"

Songin mengangkat jari manisnya, cincin di jari manisnya berkilauan ditengah gelapnya langit, "Ini pastinya cincin pernikahanku, rasa hangat yang mengalir adalah perasaan yang tidak bisa kutemukan dimanapun, saat aku melihat cincin ini apa yang kulihat adalah saat wajah istriku berada di atas altar,"

"Pernikahan bukan sekadar menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi."

"Juga bukan soal pengertian. Atau menerima segala sesuatunya dengan lapang dada. Pernikahan itu tentang dukungan jasmani dan rohani yang diberikan suami kepada istri. Juga soal pengabdian dan ketaatan istri kepada suaminya."

"Itulah arti menikah bagiku," Songin mengakhirinya sambil memegang cincinnya.

Jika orang lain melihat mereka berdua, mereka akan mengira kedua orang itu sedang terlibat dalam percakapan yang bermakna. Lisa begitu terbawa suasana hingga tanpa sadar ia melepaskan kesadarannya untuk beberapa saat.

Captain Li met his matchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang