03.Surat Perjanjian

15 2 0
                                    

𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓
*بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ*
𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓
-
-
-
Typo bersebaran
Tandai📌


'Dia bisa masak ?'batin Arvano, ia tak perduli dan meneruskan langkahnya. Sampai di kamar ia membersihkan tubuhnya kembali dan memasukan baju - bajunya kedalam kopernya kembali.

Ia tak mau tinggal disini karena ada disini membaut ia tak leluasa melakukan apa pun, walau pun belum ada satu hari disini ia sudah tak nyaman.

Selesai membereskan barang - barangnya ia turun untuk sarapan, ia sudah paham jika ia tak turun maka mertuanya akan curiga dengan dirinya.

Sampai di bawah ia sudah dihidangkan bermacam - macam makan, dan ada satu yang menarik perhatiannya yaitu tahu penyet sambel kecap.

Aravano mendudukkan dirinya di samping kanan Arsat, sedangkan Aira duduk di samping kiri Arsat bersama Syifa.

"Aira kenapa kamu duduk disana?," tanya Arsat.

"Kenapa yah ?,"

"Bukan gak boleh, kamu kan udah punya suami ya duduk di samping suamimu," ucap Arsat.

Aira menatap Arvano yang ada di hadapannya begitupun Arvano, tak ingin orang tuanya tau apa yang ia alami bersamaan Arvano, Aira memutuskan pindah kesamping Arvano.

"Nah gitu dong, kan enak dilihat iya dak bund? ," ujar Arsat. Syifa hanya mengangguk.

"Ya sudah ayok dimulai makannya,"

Semuanya hening hanya dentingan sendok dan piring, Syifa memperhatikan sangat putri dan menantunya masih sangat kaku.

Suasana sangat serius "nak Vano gimana masakannya enak?," tanya Syifa memecahkan susana.

"Enak kok bund," jawab Arvano

"Alhamdulillah kalo begitu masakan Aira cocok buat kamu," Arvano menatap Aira di sebelahnya.

"Enak dek," satu kata lembut keluar dari mulut Arvano untuk Aira.

"Alhamdulillah kalo mas suka," ujar Aira.

Arsat dan Syifa tersenyum bahagia melihat keduanya, suasana kembali hening dan sibuk dengan makanan mereka.

Akhirnya sarapan mereka selesai, Syifa dan Aira membereskan piring dan sisa makanan ke dapur.

"Ayah bunda..," panggil Arvano, membuat Arsat dan Syifa menatap Arvano Aira pun tak ketinggalan.

"Saya minta maaf sebelumnya, hari ini saya ingin membawa Aira untuk tinggal di masion saya," ucap Arvano.

"Kenapa tidak disini saja?," tanya Arsat.

"Saya kejauhan ke kantor yah,"

"Ayah sama bunda gak bisa maksa kamu, jika itu sudah jadi putusan kamu ayah izinkan, tapi ayah mohon jaga putri ayah dengan baik seperti ayah menjaganya," tutur Arsat.

"Iya yah,"

Aira menyelesaikan tugas mencuci piring dengan cepat, agar dia bisa segera membereskan barang - barangnya.

"Bunda..," Syifa yang sedang merapikan piring melirik putrinya.

"Bunda apa Aira bisa menjadi seperti bunda?," Syifa menghampiri sang putri.

"Kamu pasti bisa nak, bund yakin kamu orang yang hebat, semua itu butuh proses dan setiap proses harus di jalani dengan ikhlas. Karena dengan ke ikhlasan hidup bisa tenang nak," Aira tersenyum manis mendengar penuturan bunda nya.

AKULAH RATUMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang