Chapter 7

261 34 0
                                    

Happy Reading ❤

Dua jam, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai altar pemurnian yang letaknya berada di tengah pemukiman elf. Perjalanan yang melelahkan apalagi dilalui melewati jalur darat menggunakan kereta kuda, (Name) yang tidak terbiasa dengan itu tentu saja merasa pegal pada pinggulnya juga perutnya merasa mual karena beberapa kali kereta kuda mereka terguncang. Kenapa mereka tidak menggunakan teleportasi seperti biasanya? Teleportasi menggunakan mana yang cukup besar, dan Isagi hampir kehabisan mana setelah teleportasi kemarin. Sementara Reo dan Nagi tidak menguasai sihir teleportasi.

(Name) duduk berlutut di jalanan berpaving tanpa memperdulikan gaunnya akan menjadi kotor, satu hal yang ia pedulikan sekarang adalah menahan gejolak mual pada perutnya yang hampir mengeluarkan sarapan yang beberapa jam lalu baru ia konsumsi. Tubuhnya benar-benar lemas. Disampingnya ada Reo yang berusaha membantu dengan memijat pelam tengkuknya. Nagi hanya mengawasi sekitar sambil sesekali menguap. Dan Isagi sedang menyiapkan lingkaran sihir di altar tak jauh dari mereka.

"Masih sangat mual ya? Mau istirahat dulu sampai membaik?" tanya Reo.

(Name) menggelengkan kepalanya pelan, wajahnya terlihat sedikit pucat. "Aku sudah lebih baik. Aku bisa melakukannya, kita tidak bisa menundanya lebih lama lagi. Negeri lain sedang menunggu"

"Kau keras kepala juga ya? Tidak masalah jika menunggu sebentar. Jika kau terus memaksakan diri akan berakibat fatal untukmu dan kami tidak menginginkan hal itu. Kau juga sama pentingnya untuk kami" jawab Reo, ekspresinya terlihat sangat khawatir.

Semburat kemerahan muncul di kedua pipi (Name), selama ini ia hanya tinggal seorang diri setelah orang tua yang merawatnya telah tiada jadi tidak ada yang pernah mengkhawatirkannya lagi. Dan dikhawatirkan seperti sekarang oleh Reo, membuat dadanya menghangat. Perasaan mual yang sebeluknya ia rasakan seolah menghilang begitu saja. "Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku sungguh baik-baik saja" ucap (Name) sambil tersenyum.

Reo mengusap punggung tangan istrinya dengan ibu jarinya dan tersenyum. "Baiklah, tapi jangan sampai memaksakan diri. Jika kau merasakan hal yang tak enak dalam tubuhmu, langsung berhenti dan katakan padaku, oke?"

(Name) mengangguk, mengiyakan.

Nagi yang sebelumnya berdiam diri sambil mengawasi keadaan sekitar tiba-tiba bergerak cepat memeluk Reo dan (Name) sambil membuat perisai yang terbuat dari air. Bahkan Isagi yang sebelumnya berada di altar entah sejak kapan sudah melindungi mereka dari puluhan panah yang terbang kearah mereka dengan pedangnya, ia menebas semuanya hanya dengan satu tebasan dari pedangnya. Menyadari bahwa nyawanya hampir terancam, tubuh (Name) bergetar ketakutan dalam pelukan Nagi.

"Siapa?" tanya Reo, nada suaranya penuh tekanan dan amarah, benar-benar tidak seperti Reo yang biasanya (Name) lihat. Bahkan saat ini tubuhnya terselimuti oleh aura hijau dengan beberapa sulur tanaman yang mengelilingi tubuhnya.

Isagi menggeleng, "Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bahkan tidak ada jejak mana dari arah serangan panah-panah itu berasal. Sepertinya ini adalah jebakan yang telah disiapkan oleh seseorang yang otomatis aktif"

"Sial" umpat Reo, jelas sekali ia benar-benar marah saat ini.

"Reo" panggil Nagi.

Reo menoleh padanya dan menyadari tanda dari Nagi yang memberitahunya bahwa istri mereka berdua sangat ketakutan dari balik pelukan Nagi. Amarahnya seketika menghilang terganti oleh rasa cemas. Ia mendekati (Name) yang masih berada dalam pelukan erat Nagi dan mengusap rambutnya lembut.

"Tidak apa-apa (Name). Semuanya baik-baik saja. Kami akan melindungimu" ucap Reo berusaha menenangkan.

"Bagaimana jika kalian terluka seperti Kaiser?" ucap (Name) dengan suara bergetar.

Reo, Nagi dan Isagi saling pandang.

"Kami ada bertiga disini, semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang terluka. Kami janji" ucap Reo.

(Name) mengangkat wajahnya dan menatap Reo, Nagi dan Isagi bergantian. "Kalian janji?"

Ketiganya tersenyum dan mengangguk.

Setelah situasi menjadi tenang kembali, (Name) menaiki altar dan melakukan pemurnian dengan mana-nya. Reo mendampinginya dengan menggenggam tangannya erat agar mana milik (Name) tetap stabil dan tak meledak seperti terakhir kali. Sedangkan Nagi dan Isagi berjaga-jaga, mewaspadai adanya serangan susulan. Kali ini ritualnya berhasil dan tak ada lagi serangan hingga mereka kembali ke istana.

to be continued~

Substitute Queen | Bluelock x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang