5. ... Terbitlah Rasa

1.3K 106 15
                                    

Keesokan harinya...

"Sialan.. sialan.. sialan." Kaki Wonwoo bergerak gelisah. Dia menggigiti kukunya, sementara tangannya yang lain mengetuk-ngetuk mejanya dengan cepat.

"Kenapa, sih, Za? Gue kira gempa bumi." Kata Jisoo yang merupakan teman sebangkunya.

Wonwoo menatap ketiga temannya lalu berdiri. "Nyebat, yuk?"

"Ya hayu!"

Wonwoo and the gang pun tiba di warung Bi Een. Setelah membeli sebungkus rokok, mereka duduk di tempat yang biasa mereka duduki. Wonwoo mengapit batang nikotin itu di antara bibirnya kemudian dia menyalakan sumbunya. Dia menghisapnya lalu membuang asapnya ke udara.

"Enggak, enggak, enggak.." Gumam Wonwoo pelan lalu membuang rokoknya.

"Kok dibuang?" Tanya Jisoo.

Wonwoo tidak menjawab dan kembali menyulut rokok yang baru. Dan lagi-lagi ia membuang rokok itu setelah menghisapnya satu kali.

"Anjir, Za! Sayang rokoknya! Mending buat gue!" Pekik Junhui.

"Kok rasanya beda, sih?" Kata Wonwoo sembari meneliti bungkus rokok itu.

"Beda gimana? Lah elo 'kan biasanya juga make merek yang ini." Kata Hansol.

"Rasanya beda, No!" Wonwoo kembali mengambil batang yang baru. "Kayak ada yang kurang."

"Lidah lo ilang ingatan kali, ya?" Tanya Junhui.

"Enggak! Masalahnya kemaren gue ngerokok, tapi bukan ini rasanya."

"Mungkin kemaren lo ngerokok sambil makan gorengan, atau sambil makan apa gitu.." Kata Jisoo.

"Oh!" Dan Wonwoo teringat sesuatu.

'Shit..'

'Kemaren 'kan gue dicium brutal sama Pak Delta pas lagi ngerokok sepulang sekolah..'

'Gak mungkin karena itu, 'kan?'

Wonwoo pun berdiri. Dia melempar bungkus rokoknya pada Junhui dan pergi.

"Lah.. Za! Ke mana?" Panggil Jisoo.

"Makasih!" Kata Junhui lalu memasukkan bungkus rokok Wonwoo ke dalam sakunya.

"Aneh tuh bocah." Hansol merebut rokok pemberian Wonwoo yang ada di saku baju temannya. "Bagi-bagi lah."

Jisoo menodongkan telapak tangannya pada Hansol. "Gue dua dong."

Sementara itu Wonwoo terus melangkah dan melangkah. Hingga ia berhenti di depan ruang guru. Ia sedikit bergeser dan mengintip ke dalam dari balik kaca jendela. Namun ia tak kunjung menemukan sosok yang ia cari.

"Oh? Gue gila.. gue gila. Ngapain gue dateng ke sini?" Gumam Wonwoo lalu berbalik, tapi ia malah menabrak seseorang.

Mingyu, pria yang ditabrak Wonwoo itu tersenyum. "Nyari saya, ya?"

"Dih!"

"Oh, atau nyari bibir saya?"

Wajah Wonwoo langsung memerah. Mingyu tersenyum gemas dan mengacak-acak rambut Wonwoo. Wonwoo menggelengkan kepalanya lalu menampar pipinya sendiri. Kemudian ia menyadari kalau Mingyu ternyata sudah menggendong ranselnya.

"Baru dateng, pak?" Tanya Wonwoo.

"Saya mau pulang."

"Lah? 'Kan belum waktunya pulang."

"Kenapa? Masih pengen ngeliat saya, ya?"

"Nyesel nanya."

Mingyu terkekeh. "Saya gak enak badan, jadi tadi abis minta izin ke pak kepsek buat pulang lebih awal."

A Dream Marriage Life [⏹️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang