Ichi

5.6K 210 11
                                    

She turned to the sunlight
And shook her yellow head,
And whispered to her neighbor:
"Winter is dead."
― A.A. Milne.

Paru-paru ku seolah terjepit, jantung ku mulai berdebar melihatnya berdiri dengan latar pepohonan sakura. Rambutnya bergelombang mengikuti angin. Tangannya mengenadah seolah berharap sakura-sakura yang jatuh hinggap disana. Mata nya menatap kosong keatas ranting-ranting yang begitu kurus seperti tubuhnya.

"Anata wa dare desuka?Kamu siapa?" Teriak ku. Aku mengejar laki-laki itu, laki-laki yang terlihat seumuran dengan ku. Entah darimana asalnya namun singgah dikamar rumah sakit yang aku tempati.

Dia terkejut melihat ku, kelopak bunga sakura di tangannya ditiup angin. Mata hitamnya memperhatikan ku, lalu sadar akan sesuatu dia tersenyum ramah. "Mendekatlah, kalau kita mengobrol dengan jarak lima meter semua orang akan memperhatikan kita."

Aku tersipu saat menyadari beberapa mata menatap ku, oh gawat aku terbawa amarah dan mengabaikan sekitar. Aku mendekatinya dengan ragu. Dia menepuk kursi taman kosong disebelahnya. Memberi isyarat agar aku duduk disana.

"Tenanglah, aku bukan orang jahat." Suaranya memecah hening diantara kami. Dia tertawa melihat ku yang menunduk dan terdiam. "percayalah."

Matanya menatap ku dalam, berusaha meyakinkan ku. Rambutnya yang agak gondrong menari-nari di udara, searah dengan jatuhnya kelepok bunga sakura. matanya yang gelap menghipnotis ku untuk diam, menikmati keindahan pesonanya. Oh tuhan, Ini bukan waktunya terpesona. Aku menghela napas dan menundukan kepala lagi.

"Aku sudah lama melihat mu berkeliaran di taman rumah sakit ini. Rasa penasaran membawa ku ke kamar saudara mu. GomenneMaaf kalau aku lancang."

Aku teringat lagi akan kepanikan ku. Saat lelah menghantui langkah ku, laki-laki ini berjalan dengan santai keluar dari kamar rawat Yumi.

"Saudara kembar mu cantik" suaranya lagi. Aku mengangkat wajah ku dan mendapati senyumnya. "Kalian kembar identik?"

Aku mengangguk. "Lalu apa maksudnya lima kelopak sakura yang ada di atas meja?" Tanya ku ragu.

Dia mengangkat bahu. "Aku tak punya apapun untuk dibawa saat menjenguk orang sakit. Jadi ku bawakan bunga sakura, tak apa kan?"

Orang aneh, pikir ku. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya walau sudah lama dirawat dirumah sakit, hampir tidak pernah ada yang menjenguk Yumi. Ku periksa tadi pun tak ada hal yang berubah dari kamar Yumi dibandingkan saat aku berangkat ke Sekolah. Kebaikan hatinya sedikit membuat ku senang, semoga dia memang tidak punya niat jahat. "Tidak perlu repot, doumo arigatou gozaimasu."

"Kau tahu, bunga sakura melambangkan kebahagiaan dan kesedihan." Tatapannya tertuju pada langit luas yang terpampang di balik ranting-ranting pohon sakura masih dengan senyumnya. "Karna kehidupan ini seimbang, kau tidak boleh terlalu larut pada kesedihan, maupun kebahagiaan."

Aku tersipu, berusaha memahami maksudnya. Warna jingga mengisi kehampaan angkasa, udara yang lembab dan mulai dingin akhirnya membuat ku merapatkan seifukuseragam sekolahー yang belum sempat ku ganti. Aku berdiri menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. "Na-nama ku, Yume. Kamu?"

Satu kelopak bunga sakura yang berterbangan ditangkap dan diberikan pada ku. "Sakura" senyumnya. "Sampai bertemu lagi, Yume chan."

SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang