Gara-Gara Ganti Berdua di Kamar Mandi: Part 5

1.3K 19 1
                                    

POV Haikal

Anjing gua udah nggak tahan banget!

Aldi sudah kutinggalkan di batu yang agak jauh dari bebatuan yang rapat ini. Aku lalu mencari posisi yang nyaman dan terlindung, lalu segera membuka celana boxer dan sempak sekaligus. Begitu celana kubuka, si Joni langsung memancang tegak. Aku kemudian menyandarkan tubuhku ke sebuah batu besar, sementara alas dudukku adalah kumpulan bebatuan kecil. Beruntung aku bisa meregangkan kedua kakiku.

Aku memulai permainanku. Sambil mulai meloco si Joni, kuimajinasikan sosok yang membuatku terangsang sore ini.

Maafin gua, Di. Tapi lu sedep banget sore ini.

Terbayang lagi wajah manisnya yang lucu saat ragu-ragu dan kesal. Argh! Aku gemas sendiri! Ingin sekali kucium bibir Aldi yang ranum itu. Dari situ, ingin kucium leher Aldi yang jenjang dan berkilau disorot cahaya senja itu. Lalu kubayangkan aku menyibak kaus kutangnya. Terlihat perut rata dengan abs tipis yang menghiasinya. Perutnya begitu mulus, dengan sedikit rambut yang menjalari bagian bawah pusarnya. Aku menyesapi perut itu, lalu lidahku menari-nari di pusarnya. Argh!

"Argh, ohh, uhh!" Racauku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argh, ohh, uhh!" Racauku.

POV Aldi

Aku benar-benar tidak tahan mendengar racauan Haikal. Pikiranku sudah tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir jernih.

Dengan nekad aku beranjak dari batu ini, menuju batuan rapat tempat Haikal meloco. Dengan mengendap-endap aku mendekati batu yang paling besar di situ. Ia berjarak beberapa senti dengan batu lainnya, menyisakan sebuah celah kecil. Dari celah itu, aku bisa melihat apa yang membayang di benakku tadi kini tersaji secara nyata di depan mataku.

Haikal telanjang bulat sekarang. Ia duduk bersandar ke batu yang paling besar di situ, tubuhnya melenting, matanya terpejam, dan jari-jari tangan kanannya melingkar di batang kejantanannya sambil bergerak naik turun. Dan, oh, batangnya... jumbo.

"Emhh, ughh, Aldi, anjing, nghh..."

Aku terkejut bukan main mendengar namaku di tengah racauan Haikal.

Whut?

Apakah... aku menjadi... objek fantasinya?

"Nghh, uhh, Aldi, lu, manis banget... gua... ngga tahan... uhh, nghh..."

Fix!

Aku langsung menuju celah yang cukup lebar dan mendekati Haikal.

"Kal, gua di sini." Kataku pelan.

Haikal membuka matanya, membelalak dan badannya buru-buru ditegakkan.

"Di?" Ia tampak ketakutan sekarang. "Lu denger yang tadi?"

"Gua denger semuanya," kataku lalu menyunggingkan senyum tipis.

Aku berjongkok lalu kudekati Haikal, semakin dekat, hingga hidung kami nyaris bersentuhan.

Buaian Tubuh PerkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang