chapter 58

3 1 0
                                    

Kami semua berada di rumah sakit, mengetahui kezia tidak ada disana, aku pun mencari informasi yang pasti dari semua pelacur disana.

"Adikmu punya paras yang cantik, makanya bos menyimpannya untuk pemain besar".- ucap salah satu pelacur itu.

"Dimana biasanya bos kalian".- tanyaku

"Bos kami berpindah-pindah tempat, tapi sepertinya hari ini dia berada di luar negeri".- ucapnya lagi.

"Dimana?".- tanyaku.

Kevin datang menepuk pundakku.

"Aku akan membantumu".- ucap kevin.

"Aku akan mencari informasi, namun ini cukup berbahaya".- ucapnya.

"Kau sama saja bermain dengan asmodeus, sang iblis hawa nafsu".- ucapnya.

"Kau tidak tau aku di panggil apa di kota ini?".- tanyaku balik.

"Apa itu? Fallen angel lainnya?".- ucapnya.

"Lucifer (iblis kesombongan)".- ucapku

"Karna wajahmu yang tampan? Makanya mereka memanggilmu begitu".- ucap kevin tersenyum.

"Aku akan mengatakan yang sebenarnya kepadanya, agar dia terpancing".- ucap kevin.

"Aku akan pergi kepadanya, dan kuberikan kau kordinat lokasiku".- ucap kevin.

Kevin pun pergi, dan tak lama seorang dokter datang dan memaksaku meminum obat.

"Aku tidak sakit".- ucapku.

"Anda shock, karena ledakan itu".- ucapnya memaksa.

"Aku yang menyebabkan itu!".- ucapku teriak.

Dokter itu pun terdiam dan membiarkan ku pergi saat itu juga.

Aku sampai di rumah shifa bersama kevin.

"Aku bakalan pergi keluar negeri".- ucapku pada shifa.

"Tapi? Kenapa ian?".- tanya nya.

"Karna kezia berada disana shifaa".- jawabku.

"Terus siapa laki laki itu?".- tanya shifa.

"Dia anak buah orang itu".- jawabku.

"Lalu, kau membawanya pulang ? Terus menyelamatkannya?" tanya shifa marah.

"Aku ga setuju, kamu ninggalin arthur disini, ninggalin aku, ninggalin semua ian!".- ucap shifa membentak.

"Jangan berisik nanti mama papa denger aci".- ucapku menutup mulutnya.

"Percaya cii, ian pasti pulang kesini".- ucapku

"Meski kamu janjiin, tetap aku ga setuju".- ucap shifa.

"Maaf shifa, kali ini, ikuti kataku".- ucapku tegas.

"Sampaikan pada arthur bahwa ia harus sekolah dengan benar sampai ayahnya pulang" -ucapku

"Ian jangan!".- ucap shifa.

Lalu aku dan kevin pergi dari sana.

"Gapapa kita ninggalin dia nangis-nangis?".- tanya kevin.

"Vin, kita udah janji bakal balik bukan?".- ucapku.

"Iyaa tapi dia nangis loh".- ucapnya.

"Kalo mau mengambil keputusan, kau harus siap dengan konsekuensi".- ucapku.

"Kalo mau memulai sesuatu yang baru, kau jangan menoleh ke belakang sedikit pun".- ucapku lagi.

"Ntah mengapa tapi kau sangat bijak dalam hal ini".- ucap kevin heran

"Kita ke brian".- ucapku.

*Cerita berubah ke sudut pandang shifa.

Singkat cerita julian pergi ntah kemana.

Meninggalkanku bersama arthur disini, tangis ku tak berhenti melihatnya meninggalkanku.

"Siapa itu shifa?".- tanya ibuku.

"Mamah, ian pergi mah".- ucapku terisak

"Hey, kemana shifa?".- tanya ibuku sembari memelukku.

"Katanya mau selamatin kezia mah".- ucapku.

"Shifa, kita doain aja semoga kezia selamat, yaa".- ucap ibuku lembut.

"Tapi mah, bahaya".- ucapku.

"Mamah tau shifa, tapi itu dia lakukan demi adiknya, shifa gaboleh egois".- ucap ibuku.

"Sekarang ayo masuk, kita berdoa aja supaya dia di beri keselamatan" - ucap ibuku.

Kami pun masuk, dan melihat arthur yang hanya diam.

"Arthur? Kenapa ga bobo? Besok sekolah".- ucapku

"Kenapa kakak tidak bilang kalau papah mau pergi?".- tanya arthur datar.

Ekspresi arthur membuatku takut.

"K-kakak juga tidak tau papamu mau pergi arthur".- ucapku gemetar.

"Seharusnya aku ikut kak".- ucapnya.

"Kalo arthur ikut, yang jagain kakak siapa arthur?".- ucapku.

Kemudian arthur datang memelukku.

"Kakak yang sabar yaa, aku bakal lindungin kakak".- ucapnya tersenyum.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang