HAPPY READING~~~
“warna indah senja akan terus memudar yang menyisakan kegelapan malam. seperti halnya perasaan ku untuknya, pasti akan terus memudar yang menyisakan kehampaan.”
-echa8. Hati yang patah
Sejak awal pembelajaran dimulai hingga selesai, Ashala tidak bisa fokus.
Ada rasa kecewa dalam hatinya.
'apakah aku hanya sebagai pelampiasan?' kalimat itu yang selalu berada di benaknya sedari tadi.
Setelah hampir 2 jam belajar, akhirnya Ashala pun pulang ke rumah.
Selama perjalanan, tatapannya kosong menatap jalan yang kini ramai dilewati oleh orang-orang.
Tanpa dia sadari, setetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Namun, dia langsung menepisnya. Dia tidak ingin menangis di jalan.
✿✿✿
Malam ini, Ashala di rumah sendirian. Kedua orang tuanya pergi ke rumah neneknya.
Di malam yang sangat sunyi, dan di sebuah kamar yang minim akan cahaya, di situ lah Ashala menangis.
Dia terduduk lemas di lantai, dengan air mata yang tak henti-hentinya jatuh.
Dadanya kembali sesak, dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.
Disela-sela tangisan nya, dia berkata "hiks..kenapa dia gitu..hiks."
"Jadi, hiks..aku cuma pelampiasan hiks..hiks.." tangannya kini mulai meremas dadanya.
Tangisannya membuat dadanya sangat sesak hingga dia kesulitan untuk bernapas.
'sakitttttttt'
Saat Ashala melihat dirinya di cermin, betapa berantakan kondisinya sekarang.
Mata yang sudah membengkak akibat terlalu lama menangis, dan rambut yang sudah acak-acakan sekarang.
Dia mulai menenangkan dirinya, dan juga merapikan rambutnya. Dia tidak ingin orang tuanya mengetahui bahwa dia menangis.
Selesai mengangis, perutnya terasa sangat lapar, lalu dia memutuskan untuk makan.
Tidak lama, kedua orang tuanya pulang. Ashala menyambut mereka di depan pintu.
Netra matanya bertemu dengan netra mata milik mama nya. Mamanya lantas mengatakan "lohhh mbak habis nangis?"
Ashala merasa tercekat dengan pertanyaan yang baru saja dia dengar dari mulut mamanya.
Ashala berusaha mengalihkan topik pembicaraan, "mama sama ayah, pulangnya kenapa lama banget?"
Mendengar pertanyaan dari anak perempuannya, laki-laki yang mulai memiliki rambut putih di kepalanya itu pun menjawab. "Iya mbak, tadi ayah sholat isya dulu di rumah nenek."
Mama Ashala tau, pasti Ashala sedang menyembunyikan sesuatu dari nya. Akhirnya mama Ashala memutuskan untuk diam dan pergi dari sana. Dia akan menanyakannya nanti saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA DAN HARI RABU
Non-Fictionterkadang, hal - hal sakit yang kita alami tidak perlu diceritakan kepada orang lain. cukup kita tulis di dalam buku dan mengabadikannya sebagai karya. -echa