5

10.5K 414 15
                                    

Kemudian ponsel Adel berbunyi. Dia melarikan diri untuk mencari ponselnya. Setelah menemukannya, ia mengangkatnya setelah melihat nama sahabatnya, Olla.

"La, tolongin gue dong keluar dari kamar. Kakak lo nyeremin banget sumpah, kalo gue kenapa-kenapa gimana? Gue laper banget nih, tolong bukain yaa plisss,"omel Adel memohon yang membuat Olla dan yang lain pusing dengernya.

"Udah ngocehnya, walaupun kakak gue ngapa-ngapain lo juga bukan masalah besar kali. Kan kalian berdua juga akan menikah nantinya. Kalo lo laper, kita udah siapin makanan buat kalian berdua, gue udah taruh makanan di tempat biasa. Kita gak setega itu ya, bikin kalian kelaparan,"jelas Olla dari seberang sana.

"Ah elah, kenapa baru telpon sekarang sih. Biasanya lo ninggalin note, gue udah mau lompat dari balkon, untung aja gak jadi."

"Del! Yang bener aja, gak usah aneh-aneh deh,"ucap Flora ikut menyahuti ucapan si Adel Adel itu.

Ya sorry gue lupa tadi pagi,ucap Olla.

"Saya nyeremin ya,"ucap Sean lembut, tetapi tatapan matanya membuatnya terkesan mengintimidasi.

Dari tadi, Sean mendengarkan mereka berbicara. Saat dia berada di hadapan Adel, dia menatapnya dengan tajam. Tidak tau kenapa, nyalinya seakan menciut, saat ini Adel merasa ketakutan.

"Gak gitu maksudnya,"ucap Adel terbata.

Saat Sean terus maju, dia mulai mundur. sampai dirinya terbentur meja belajar. Karena tinggi mereka berbeda, dia harus mendongakkan kepalanya agar bisa membalas tatapannya. Sean mengangkat tubuh mungil Adel agar duduk di meja.

"Lo mau ngapain,"ucap Adel terbata, ia tahu kemana arah matanya. "Jangan macam-macam,"katanya lagi.

"Cuma satu macam"

Sean mendekat, mengikis jarak satu sama lain. Mereka bernafas begitu dekat sampai hidung mereka bersentuhan. Perlahan, Sean mendekatkan bibirnya ke bibir Adel.

Cup!

Bibirnya menyentuh bibir yang dingin dan kenyal. Jantung mereka berdebar-debar. Adel masih memproses peristiwa yang baru saja terjadi. karena tidak ada penolakan. Sean mengecup lagi.

Cup!

Cup!

Cupp!

Mata Adel melotot setelah tersadar dengan apa yang dilakukan oleh Sean. "Mama anak gadismu termmpphhh..."

Bibirnya disumpal dengan cepat. Sean melumat dan menghisap dengan lembut. Hanya Sean yang menikmati, Adel tidak tahu harus berbuat apa. Sejujurnya, ini pertama kalinya bagi Adel. Dia memang sering menggoda orang. Meskipun demikian, ia tidak pernah melakukan ciuman seperti ini. Dia hanya mengucapkan kata-kata manis dan pergi.

Dengan tatapan tak terucapkan, Adel mendorong bahu Sean. Selanjutnya, matikan sambungan telepon. Adel turun dari meja dan berjalan ke lemari yang digunakan Olla untuk menyimpan makanannya..

"Dia marah kah?"monolognya pada diri sendiri.

Adel membuka lemari khusus makanan yang ada di kamarnya. Membawanya ke meja dekat sofa. Duduk lesehan sembari memakan makanannya. Ia sama sekali tak menawari Sean atau sekedar mengajaknya untuk makan bersama.

******

"Kalian dengar kan suara tadi?"tanya Olla.

"Kakak lo main nyosor aja sumpah, gue jadi khawatir sama Adel deh,"balas Flora.

"Betul, gimana dengan adik gue ya? Balik aja gak sih, abang jadi gak tenang gini,"seru Lukas.

"Gass aja, tapi...?"

PERJODOHAN(DELSHAN) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang