Aku mencoba menjelaskan keadaanku.

38 1 0
                                    

Tekadku sudah bulat, aku tidak ingin mendaftar menjadi Bintang Sekolah. Aku ingin fokus dengan ekstrakurikulernya dan Mas Satria terutama. Siang itu juga begitu sekolah selesai, Aku berjalan ke ruang guru, ditemani Okta.

"Kau terlihat gugup."

"Masa?" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Jangan khawatir, kurasa Beliau akan setuju apapun keputusanmu." Kata Okta dengan buku-buku yang harus dikumpulkan ke meja guru.

"Umm kau yakin ga butuh bantuan?" tanyaku

"Apa? Tidak usah, aku kuat."

"Yah kau terlihat kuat dan tinggi."

Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana reaksi sang guru. Bu Zulfi itu gurunya oke, namun dia terlihat sangat tegas. Jujur saja aku tidak ingin berurusan dengan guru seperti itu.

Kuketok pintu ruang guru "Permisi."

Aku masuk diikuti Okta, kutputuskan untuk menunggu Okta di dekat pintu sambil melemparkan pandanganku di ruangn guru. Ah itu dia Bu Zulfi. Aku bergegas ke meja bu Zulfi.

"Siang bu, permisi."

"Ahh iyaa Firman, ada apa?"

Aku bimbang sedikut "Anu bu, FIrman memutuskan untuk mundur kompetisi."

Kulihat respon Beliau hanya mengangguk. "Alasannya?"

"Saat ini seseorang yang penting untukku sedang sakit Bu, jadi Firman bertanggung jawab untuk mengurusnya."

"Siapa itu? Pacar?" ucapnya sinis.

"Hehe, iya bu."

"Oke, Tapi ingat Firman, keputusan ibu sudah bulat." Beliau memberikan secarik kertas untuk nanti akan dipertunjukkan dalam bintang sekolah. "Ibu tidak ingin mengganti draf berikut. Ibu ingin kau membaca bersama Yanti. Kalian berdua sudah sangat cocok. Ibu tidak ingin menggantinya dengan Orang lain." ucapnya tegas. "Okta, tanggung jawab Firman ada padamu ya. Tolong urus dia. Sebentar lagi ibu ada kelas." Kulihat Bu Zulfi membawa beberapa buku untuk belajar. "Dan Kelas kita harus menang." Dan ditinggal lah kami berdua dalam keheningan ruang guru diiringi bel sekolah.

==================================================================

"Sebenarnya Skrip ini tidak terlalu buruk sih." Ucapku membaca note sambil berjalan ke dalam kelas.

"Seperti apa memangnya?" Okta bertanya.

"Ya seperti drama musikal gitu. Kira-kira kita akan mulai kapan Okta?" Kuberikan kertas itu kepada Okta, lalu dia membacanya.

"Hummmm.... " Dia membaca sambil mengusap - usap dagunya,

"Kenapa?"

"Menarik. Kita bisa mulai besok. Aku bisa melobi ketua Club paduan suara untuk meminjam ruangan yang ada pianonya."

"Kau itu belum jadi OSIS sudah punya koneksi aja." Kupukul pelan bahunya.

"Kebetulan dia temannya mas Ardi."

Ahhh. nama itu terucap kembali. Emosiku sedikit memanas, namun aku harus menahan emosinya. "Oke. Lalu?" Ucapku mengabaikan nama itu.

"Kita bisa meminjam ruangannya. Sekaligus Piano mereka."

"Kau kan bisa ngomong sama aku Okta." Ucapku sebal "Kan aku juga kenal dia."

"Ah Kau benar, kalau begitu, minta tolong ya. Hehe." Ucap dia menyeringai. Tepat disaat ponselku berbunyi.

Aku duduk dimeja, Ternyata itu chat dari mas Satria.

Satria : Cil, gimana sekolahnya?

Aku : Seru, tpi kangen kamu mas.

Satria : ututututu dede gemashku.

Aku : Apaan sih mas.

Ku cek dia tidak langsung membalas, tpi dia kemudian mengirim foto punggungnya.

Aku : Mas, kok healingnya cepet?

Satria : Tidak tahu. Keajaiban.

Aku : Maksudmu?

Satria : Segeralah kemari, aku harus bercerita sesuatu.

Aku : Baik Mas.


================================================================================

Hai temen2, bisa cek karya aku baru disini ya. :D

https://karyakarsa.com/keichain48/aku-membenci-cinta

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang