Batasan
Pepohonan yang kecoklatan mulai berguguran. Udara menjadi sangat dingin apalagi saat malam hari. Pagi ini Hanyang kembali sibuk, semua orang berlalu-lalang melakukan aktivitasnya. Pelabuhan juga sangat ramai. Sungai Han yang besar tampak begitu agung.
Baekhyun kembali melihat belakang. Dia sudah sangat siap meninggalkan kota kelahirannya ini. Sejuta kenangan kembali mencuat, kehangatan keluarga, dan perhatian Putra Mahkota. Entah mengapa semuanya menjadi sangat berarti sekarang.
"Tuan Muda!" Gyu datang dengan tas besarnya. "Kapal kita sudah hendak berlayar."
Baekhyun mengangguk dan tersenyum pada pelayan mudanya itu. "Ayo, kita pergi."
Dengan semangat mereka menyusuri dermaga. Hingga sebuah suara menahan langkah mereka.
"Baekhyun!" Chen datang dengan cepat menunggangi kudanya. Dia langsung turun dan berlari menghampiri mereka berdua.
"Chen, kau di sini. Senang melihatmu sebelum pergi," sapa Baekhyun.
Chen yang masih mengatur nafasnya menjawab, "Haruskah kau pergi? Haruskah...??"
Pria manis itu tersenyum lembut. "Jaga dirimu baik-baik, Kim Jong-dae. Aku akan merindukanmu, Teman," ucapnya menyebut nama masa kecil Chen.
Chen tercenung. Pria tangguh itu merasa sangat sedih untuk pertama kalinya. "Bagaimana dengan Yang Mulia? Pasti dia akan sangat sedih jika kau benar-benar pergi."
"Dia punya dirimu. Tolong lindungi dia."
Chen hanya diam. Lidahnya menjadi kelu. Dia sungguh tak pandai berpamitan. Baekhyun kembali tersenyum manis, ia mengambil tangan besar Chen dan meletakan sebuah pisau kecil perak padanya.
"Ini adalah barang berharga bagiku. Ini ada sepasang," Baekhyun mengacungkan satu lagi yang sama persis. "Dulu ini adalah milik Baekhee, sekarang aku serahkan padamu. Kau sama berharganya dengan Baekhee. Terima kasih sudah merawatku selama ini. Kaulah yang terus menjagaku. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu. Jaga dirimu baik-baik Chen."
"Tuan Muda, kapalnya sudah mau berangkat," sela Gyu.
Baekhyun kembali tersenyum untuk terakhir kalinya, lalu ia berbalik dan berjalan menuju perahu. Chen hanya bisa diam memandang punggung Baekhyun yang makin menjauh itu.
Pria gagah itu selalu mengagumi Baekhyun, dan akan selalu begitu.
***
Pegawai istana tak lagi memakai putih. Malam ini bulan bersinar terang. Chanyeol melintasi taman besar, pikirannya pening akan semua hal yang terjadi. Langkahnya menjadi tak pasti. Hingga tiba-tiba di ujung jalan ia melihat anjing kecil dengan lonceng bulat di lehernya. Anjing itu menatap lurus padanya seolah memanggil.
"Jangan ikuti aku," setusnya pada Kasim Han dan Chen serta semua para pengikutnya.
"Yang Mulia, Anda mau kemana?" tanya Chen.
Chanyeol tak menggubris, dia terus berjalan mengikuti anjing hitam itu.
Hingga sampailah ia di pekarangan belakang. Kolam di sana masih tenang walau diguguri daun-daun kering. Anjing itu sudah berubah menjadi Lay Zhang, ia berdiri di bawah pohon willow yang kekuningan. Rambut panjangnya tergerai indah.
Chanyeol mendekat memutari kolam. "Aku tidak bisa melihat roh-roh jahat lagi. Walau kau yang mengutukku, tapi aku harus berterima kasih padamu."
"Jika kau mau berterima kasih, tinggalkan Kyungsoo," tukas Lay tanpa basa-basi.
Chanyeol terkesiap. Dia berhenti dan berdiri tegak di tempatnya. "Aku tidak akan membiarkan kau memanfaatkan Kyungsoo. Dia milikku."
Lay tersenyum getir mendengarnya. "Kau calon raja dan Kyungsoo adalah seorang laki-laki. Bagaimana kau akan melindunginya? Menjadikannya kekasih gelapmu dan menyembunyikannya di aulamu itu sebagai pembaca dongeng sementara kau berjalan-jalan dengan ratu dan selir-selirmu nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...