Selamat membaca 🤗❣️
Sore ini Syila dan Abinya datang bertemu Zura dan Tante Ririn. Selepas pulang sekolah tadi Syila langsung menuju kantor milik Abinya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya berada.
Syila menceritakan semuanya pada Abinya tentang musibah yang terjadi pada Zura temannya. Dan Abinya mengangguk mengerti, Ali yang sudah sejak lama tau tentang kondisi keluarga teman dari putrinya cukup prihatin apa lagi ditambah dengan kejadian yang menimpanya sekarang membuat Ali menghela nafas.
"Makasih ya om udah mau tolongin Zura sama mama."ucap Zura.
"Tidak perlu berterima kasih Zura, kamu sudah om anggap seperti putri om sendiri."ujar Ali sambil tersenyum.
"Lo tenang aja ra, lo sama Tante Ririn udah gue anggap keluarga kok. Jadi ga perlu berterima kasih begitu."sahut Syila merangkul bahu Zura.
"Pak Ali."panggil Ririn dengan suara lemahnya. Dirinya baru sadar pagi tadi setelah melewati masa kritisnya karena pendarahan yang terjadi dikepalanya.
"Ya."jawab Ali.
"Saya boleh minta tolong satu hal sama pak Ali?."tanya Ririn.
"Boleh jika saya mampu membantunya."
Ririn menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskannya pelan. Ia sudah memikirkan ini dengan matang sejak tadi, semoga keputusannya tidak salah.
"Saya minta tolong untuk pak Ali tidak memasukkan papa Zura kedalam penjara."ujar Ririn membuat Zura berseru protes.
Mamanya ini kenapa meminta papanya untuk tidak dimasukan kedalam penjara padahal apa yang dilakukan papanya sudah sangat keterlaluan dan hampir saja membuat nyawanya melayang.
"Ma, mama kenapa malah minta papa buat ga dipenjara sih? Papa pantes dapetin itu ma."
Ririn menggeleng, ia tau putrinya akan protes dengan keinginannya.
"Zura dengarkan mama. Mama melakukan ini karena mama tidak mau kamu dicap anak narapidana nak, mama tidak mau kamu memiliki reputasi yang tidak baik."
"Tapi ma, Zura ga peduli mau reputasi Zura jelek kek atau malah Zura dibully karena anak seorang narapidana Zura ga peduli ma."
"Zura kamu sayang tidak dengan papa kamu?."tanya Ririn pada anaknya.
"Sayang kan?."tanya Ririn lagi karena Zura yang hanya diam. Ririn tau jauh dilubuk hati anaknya itu memiliki rasa sayang pada papanya walaupun perlakuan papanya yang tidak baik padanya.
"Dengarkan mama ya, mama melakukan ini untuk masa depan kamu. Mama mau kamu sukses dan menjadi anak yang membanggakan. Soal papa kamu biarlah tidak usah dipenjara biarkan papa kamu bebas."
"Tapi ma, papa ga akan pernah kapok nanti."ujar Zura yang masih tidak setuju dengan pendapat ibunya.
"Zura, semua orang pasti akan berubah pada waktunya. Papa mungkin belum bisa berubah sekarang tapi bisa jadi besok lusa papa berubahkan? Kita tidak tau hidayah itu datang kapan nak."ujar Ririn masih berusaha memberikan pengertian pada putri satu satunya itu.
"Tapi ma---"
"Sudah Zura dengarkan apa kata mama ya? Kita bebaskan papa biarkan papa tidak dipenjara. Dan sebagai gantinya mungkin mama dan papa...akan berpisah."ujar Ririn dengan nada sedih.
Zura mendengar itu tertunduk dengan air mata yang mengalir dipipinya. Dirinya memang membenci papanya karena telah bersikap kasar pada ia dan ibunya, tapi mendengar bahwa orang tuanya akan berpisah tentu membuat Zura merasa sedih. Bagaimana pun ia menginginkan keluarga yang utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Suamikkk
General FictionUPDATE SETIAP HARI! My first story🤗 Perjodohan. Sudah tidak asing memang dengan yang namanya 'Perjodohan' sejak jaman dulu hingga jaman sekarang tradisi itu masih tetap terjadi. Perjodohan yang kerap kali dilakukan oleh para orang tua untuk para an...