🟢Bab 22

718 37 2
                                    

Wahh.. aku seneng banget btw

Tiap hari viewers nambah

Makasih semua yang udah mau mampir

Aku doain semoga hari kalian selalu bahagia, selalu lancar, semoga masalahnya cepat selesai

Langsung aja

Cekidotttt

Erwin baru saja sampai di sekolah ketika dia hampir bertengkar dengan Regan di parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erwin baru saja sampai di sekolah ketika dia hampir bertengkar dengan Regan di parkiran. Moodnya buruk karena banyak hal yang memenuhi pikirannya. Tak sengaja dia melampiaskannya pada Rhea yang menghalangi jalannya memasuki gedung sekolah.

"Misi, gue mau lewat," kata Erwin dengan suara dingin ketika Rhea berdiri terpaku di depannya. Gadis itu tampak gugup.

Erwin semakin kesal karena Rhea tak merespon. Erwin menegaskan, "Minggir gue bilang!"

Tiba-tiba seseorang mendorong pundaknya, membuatnya terhuyung ke belakang. Untung saja Erwin punya refleks cukup bagus untuk menahan tubuhnya agar tak jatuh.

"Nggak gitu caranya ngomong sama cewek!" tegur seorang cowok.

Erwin mendongak, melihat Regan memandangnya tak suka. Erwin menghela napas, malas sekali meladeni Regan yang sudah lama ingin cari masalah dengannya sejak balapan malam itu.

Melihat Rhea membujuk Regan untuk tidak emosi, mood Erwin semakin buruk. Dia pergi begitu saja, mengabaikan Rhea dan Regan yang masih berdebat.

***

Thalita duduk di kamar sembari mencatat sesuatu di sebuah buku berukuran A5. Buku itu sudah terisi dua puluh halaman.

Thalita menulis di halaman ke dua puluh satu. Dia tersenyum ketika jemarinya menggerakkan pena untuk menulis di sana. Mata yang sayu dan penuh duka, terus berusaha dia tutupi dengan senyuman.

Begini isi tulisan Thalita, "Hai, Kids. Hari ini Mama kembali ke rumah papa, yang akan jadi tempat tinggal kamu nanti. Gak bosan Mama minta maaf sama kamu. Penyesalan Mama buat Mama lemah. Salah Mama juga karena membuat kehadiranmu lebih cepat dan di saat yang tak seharusnya. Dosa ini mungkin terlalu berat buat Mama tanggung. Hamil di luar nikah bukan hal yang sepele. Ini akan jadi penyesalan terbesar dalam hidup Mama selamanya."

Thalita masih berusaha mempertahankan senyumnya, sedangkan air matanya tak bisa ia tahan. Air bening itu jatuh dengan deras membasahi pipi Thalita.

Tangannya gemetar ketika dia lanjut menulis, "Meskipun begitu, kamu tetaplah anak yang suci tanpa dosa ketika lahir. Jangan pernah menyesal karena sudah lahir, karena yang Mama sesalkan adalah keadaan buruk yang Mama alami, bukan kehadiran kamu. Mama nulis semua ini karena Mama gak yakin bisa tetap hidup setelah kamu lahir. Mama masih terlalu muda, kondisi tubuh Mama masih sangat rentan, apalagi gejala tipus yang Mama derita."

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang