"Chin! Di panggil Kala ke belakang sekolah tuh!"
Chindy sontak menoleh ke belakang, menatap Reva dengan tatapan tajam dan bingung. Dalam benaknya bertanya, untuk apa Kala memanggilnya ke belakang sekolah? Seperti tak ada tempat lain selain di belakang sekolah. Bahkan sekarang sudah jam pulang sekolah loh.
"Ngapain?"
Reva mengangkat bahunya, "Gak tau. Datengin gih, udah nunggu lama dia."
"Lah? Terus kenapa baru bilang sekarang kalonya dia udah nunggu lama bego!" Kesal Chindy lalu berlari pergi meninggalkan Reva.
Entah mengapa perasaan Chindy campur aduk, seperti merasa bersalah atas kelalaian Reva terhadap Kala. Langkahnya semakin membesar tiap berlari, ia ngos-ngosan saat berada di balik belakang sekolah. Di lihatnya Kala yang terjongkok sambil bersandar pada dinding, tatapan mereka bertemu. Satu menatap dengan tatapan dingin, yang satunya lagi menatap dengan hangat.
"Hai, kak Chindy." Sapa Kala sambil berdiri menghampiri Chindy.
Chindy merapikan rambutnya ke belakang. Kala yang melihatnya terasa seperti waktu berselang lama, ia terpesona akan wajah ngos-ngosan Chindy dengan keringatnya yang menetes dari wajah hingga leher. Tak lupa mulutnya sedikit terbuka mencari pemasokan udara.
"Ngapain lo nyari gue?"
"Kangen." Enteng Kala menjawab.
"Orang gila." Chindy yang merasa jawaban Kala agak mengecewakan itu langsung membalikkan badannya. Namun dengan sigap Kala menahan tangan Chindy, memutar balik tubuh Chindy supaya menghadap ke arahnya lagi. Tidak, Chindy tidak kecewa, terdapat senyuman kecil saat Kala berucap seperti itu. Mungkin Chindy merasa senang mendengarnya?
"Mau kemana?" Tanya Kala dengan tatapan tajam. Tetapi di mata Chindy ia terlihat lucu, seperti anak kucing yang sedang marah, tak ada kesan ngeri di wajah Kala.
"Kelas lah!"
"Kan, aku udah nyuruh kamu kesini, sampe kamu ngos-ngosan gitu lagi. Masa mau ke kelas lagi sih?"
"Ya terus? Urusan lo gitu?"
"Iya," Jawab Kala, lalu ia sedikit menjauh dari Chindy, "Kamu ke kelas mau ngapain sih? Udah jam pulang, buat apa coba kamu ke kelas?"
"Serah-serah gue."
"Ettsss," Kala menahan tangan Chindy lagi ketika si kakak kelas cueknya itu ingin berlalu pergi, "Nanti dulu ih pulangnya. Ayo foto bareng!"
"Hah?"
"Foto bareng! Fotbar!" Kala mengeluarkan ponselnya dari saku, "Ayo."
Chindy menggeleng, bahkan ia menjauh dari Kala, "Gak gak gak!"
"Pleaseeeee!"
"Gue bilang enggak ya enggak!"
Kala tak menghiraukan ucapan Chindy, ia menggandeng lengan Chindy dengan ponsel yang sudah siap berselfie.
Ckrek!
Satu foto terpotret dengan ekspresi Kala yang penuh ceria dan senyuman manis, berbeda dengan Chindy yang datar dan judes. Di foto itu terlihat Chindy sangat tak suka dengan foto bareng-nya mereka.
Entah sudah yang keberapa kali Kala memotret dengan ekspresi yang berbeda, di rasa sudah cukup, Kala memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Di tatapnya Chindy dengan gemas, tangannya reflek mencubit pipi Chindy.
"Sumpah, kamu lucu banget!"
"Stop, Kala!" Bantah Chindy sembari menuruni tangan Kala dari pipinya.
Kala hanya terkekeh pelan. Kenapa, ya, kak Chindy nya itu bisa segemas ini? Entah pikiran dari mana, Kala tiba-tiba mencium pipi Chindy. Dengan pipinya yang bersemu merah, ia berlari meninggalkan Chindy sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Teen Fiction[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...