Kira-kira dua minggu berlalu sejak insiden penyerangan Walpurgis. Octagon memutuskan untuk tetap melakukan seremoni bagi pemenang turnamen Walpurgis tahun ini. Seremoni itu dilakukan di salah satu stadion di Capitol dengan dihadiri oleh perwakilan dari setiap sekolah.
Sebuah layar besar muncul menampilkan detik-detik ketika Jungwon dan Minji mengulurkan tangan untuk meraih kristal agonite. Dari potongan video itu, diketahui bahwa jari Jungwon-lah yang pertama kali menyentuh kristal agonite sebelum gempa terjadi dan menjatuhkan kristal itu ke bawah tanah.
"Dengan bangga kami umumkan bahwa pemenang dari Walpurgis tahun ini adalah Akademi Polaris!"
Suara riuh penonton, musik, dan sorak sorai dari siswa Akademi Polaris yang hadir di sana menggema. Semua orang bertepuk tangan, mengangguk puas pada hasilnya. Namun, tiga orang perwakilan Akademi Polaris justru menampilkan wajah yang tidak bahagia. Mereka bahkan tidak tersenyum sama sekali ketika menerima piala berbentuk mahkota itu dari Taehyun –penerima mahkota tahun lalu.
"Tidak bisakah kalian tersenyum sedikit?" tanya Taehyun pelan.
Niki menatap Taehyun sendu. "Bagaimana aku bisa tersenyum?"
Setelah mereka menerima piala itu, seutas cahaya berwarna biru keunguan melayang, terbang di atas stadion. Ada nama Akademi Polaris di antara utas cahaya itu dan bergerak menuju akademi melewati kota seakan-akan hendak memberitahu semua orang bahwa Polaris-lah pemenangnya.
Salah satu keuntungan memenangkan Walpurgis adalah munculnya mahkota di atas langit akademi selama beberapa bulan. Mahkota itu adalah tanda bahwa Akademi Polaris merupakan sekolah terbaik dengan siswa-siswa terbaik yang memimpin semua sekolah di dunia sihir pada tahun itu.
Bagi Niki, semua ini tidak ada artinya. Prestige yang tidak benar-benar dibutuhkan selain hanya untuk menaikkan gengsi sekolah saja.
Niki berjalan cepat meninggalkan stadion setelah ia dapatkan pialanya tanpa menunggu seremoninya benar-benar selesai. Mau tidak mau, Jo dan Yuma pun mengikutinya.
Di tengah jalan, mereka bertemu dengan Rico dan kawan-kawannya. "Kerja bagus kalian semua," kata Rico sambil melipat tangan di dada. "Dengan begini, tidak akan ada orang yang berani meremehkan Akademi Polaris."
"Kau!" geram Yuma.
"Tenanglah." Jo berusaha sebisa mungkin untuk menahan Yuma agar tidak menyerang Rico.
"Beraninya kau berkata seperti itu," Niki berujar dengan nada rendah.
Niki tertunduk sedih menatap piala di tangannya. Dia bukan anak yang suka menangis jadi tidak ada air mata di sana. "Piala ini seharusnya Jungwon atau Sunoo yang pegang. Mereka-lah yang membawa kemenangan pada Polaris dan kau yang bukan siapa-siapa beraninya bicara seolah-olah kau yang melakukan semuanya."
Rico melangkah mundur saat Niki menatapnya tajam. Ada yang bilang kalau penyihir-penyihir dari Keluarga Rochephanta tidak ada bedanya dengan hewan buas kalau sudah marah. Maka, dengan pelan dan takut-takut, Rico beranjak pergi. Hanya satu langkah ia berbalik, Niki memanggilnya.
"Rico, aku memberimu saran sebagai teman sekelasmu. Berhati-hatilah," kata Niki dingin. "Sekali lagi kau buat masalah, aku akan pastikan nama Ronwell menghilang dari dunia sihir."
Rico tidak mampu membalas perkatan Niki, jadi dia pergi dengan wajah pucat.
"Apa kau serius dengan ucapanmu?" tanya Jo pada Niki. "Tidak mudah untuk memberi hukuman berat pada keluarga yang sudah punya nama seperti mereka."
"Alsteris yang merupakan keluarga penyihir tertua saja bisa diberi hukuman bila bersalah. Hanya orang kaya baru, apa susahnya?"
Kelihatannya keputusan Niki tidak bisa diganggu gugat. Maka dari itu, Jo memilih diam. Lagipula, dia dengar dari Niki kalau Rico sudah banyak membuat masalah dengan membawa benda-benda dari pasar gelap. Bila tuan mudanya saja seberani itu, Jo tidak yakin kalau anggota keluarga yang lain tidak akan melakukan hal yang lebih buruk. Tinggal menunggu waktu sampai mereka ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!