***
9. SEBUAH CIUMAN DI RUMAH KACA
Luna berjalan ke arah meja makan, dia berkali-kali menutup mulutnya. Astaga, dia masih sangat mengantuk. Gadis itu duduk di samping Galen. "Anjing lo, kak. Gue nggak bisa tidur semaleman." Luna mati-matian berusaha membuka matanya yang masih ingin menutup itu. Galen melihat gadis di sampingnya sekilas.
"Bodo," kata lelaki itu. Dia mengambil roti lalu mengoles selai stroberi.
Luna melirik sinis lelaki di depannya. Untung tampan. "Tante sama om mana?" tanyanya seraya mengambil roti di depannya.
Galen melihat ke arah Luna. Pengin gua kasih tau sebenernya, tapi nggak di bolehin. Galen sedikit berfikir. "Dari kemarin gua belum ketemu, harusnya gua yang nanya, mereka kemana?" Galen balik bertanya pada Luna.
Luna memasukan rotinya kedalam mulut. "Katanya mau keluar, gitu doang bilangnya."
"Nah, itu. Udah ke jawab." Galen beranjak dari duduknya, lalu pergi dari sana.
Sementara Luna masih berfikir, sampai dia tahu apa yang lelaki itu maksud. Oke, jadi jawabannya mereka sedang keluar, begitu? Luna menghembus nafasnya kasar. "Kak tampan! Pergi, yuk! Hari minggu, nih!" teriak Luna tiba-tiba.
"Gua emang mau pergi." Galen menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Tapi nggak sama lo." Galen melirik sinis ke arah Luna yang satu pipinya menggembung sedang mengunyah roti. Galen menggelengkan kepalanya pelan, lelaki itu lantas berjalan ke arah kamarnya.
"Ikut, dong!" teriak Luna. "Yaelah, kak." Luna bersuara lagi ketika dirinya tak di tanggapi oleh Galen, lelaki itu malah masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Luna berdecak kesal. Suara ponsel Luna berdering, gadis itu bangkit dari duduknya lalu berlari ke arah kamarnya. Pesan dari tante? Luna menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia membuka aplikasi whatsapp-nya.
Luna tersenyum. Amara memang sangat tahu jika Galen tidak akan pernah mengizinkannya ikut, jika Amara tidak berbicara dahulu. Pesan yang dikirimkan sangat tepat waktu. Luna dengan senyum yang masih merekah di wajahnya itu berlari ke arah kamar Galen, tanpa mengetuk gadis itu masuk. "Kak, tante Am—"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]
Teen FictionEntah hal sial apa yang menimpa dirinya. Galen Ashraf Austin lelaki yang mempunyai darah Jerman, dia sangat benci ketika ada orang mengganggunya. Sekarang malah dia satu atap bersama dengan sang pengganggu. Dirinya yang tidak ingin mempunyai adik, m...