"Bang Aksya, minggir! Aku duluan yang mandi!" seru Alyza yang menarik lengan kiri Aksya keluar dari kamar mandi.
"Apa, sih! Kamu yang nyerobot antrian," balas Aksya tak mau kalah.
"Abang anak sulung harusnya ngalah sama adeknya."
"Halah, berlindung dibalik kata adek. Emang kamunya aja nggak mau ngaku salah."
"Bodo amat. Pokoknya aku duluan!"
"Nggak, enak aja kamu. Numpang mandi punya tetangga aja sana."
"Kampretlah! Abang macam apa coba."
"Macam Kim Mingyu."
"Huwek! Beda jauh kali."
Jam baru saja menunjukkan pukul enam pagi, tapi keadaan rumah sudah dipenuhi dengan teriakan anak pertama dan anak kedua. Sylvia yang sedang memasak saja mau tak mau harus berteriak melerai mereka. Acara memasaknya kali ini tidak bisa ditinggalkan.
"Kalian berdua kalau masih ribut mending keluar!" teriak Sylvia sembari menumis bumbu.
Kedua sejoli yang masih saja adu mulut itu saling mendelik sinis. Alyza yang punya ide jahil langsung melaksanakan aksinya. Mengambil handuk milik Aksya yang bertengger di pundak lelaki itu.
"Abang loh, Ma, nggak mau ngalah! Wlee!" Alyza melempar handuk Aksya ke sembarang arah yang penting jauh dari jarak kamar mandi.
"Heh! Awas ya kamu, sabun cuci mukamu bakal kubuang," ancam Aksya sembari mengambil handuknya.
"Nggak bakalan bisa, wlee! Soalnya mau kusimpen," balas Alyza yang kini sudah berada di dalam kamar mandi.
"Punya adek resek banget. Dijual aja tuh, Ma si Aly ke om om," adu Aksya ke Sylvia yang tak menghiraukannya sama sekali.
"Aku denger ya, Bang!" seru Alyza kesal.
Aksya menghela napas kasar. Dia sekarang sedang diburu waktu, tapi adik perempuannya itu malah membuat dirinya naik darah. Alhasil mau tak mau Aksya yang menumpang kamar mandi tetangga sebelah kiri.
Tenang saja, rumah tetangga keluarga Rajendra sebelah kiri itu hanya dihuni oleh dua orang. Seorang duda beranak satu. Aksya sering main ke sana karena anak tetangganya itu teman bermain Arion juga. Terkadang tetangganya tersebut juga menitipkan anaknya ke keluarga Rajendra biar tidak kesepian di rumah karena sering ditinggal kerja.
Syukurlah untuk sementara waktu keadaan rumah Rajendra tidak ramai seperti pasar. Sylvia akhirnya bisa memasak dengan tenang. Dean yang baru saja bangun dari tidur karena terganggu suara cempreng Alyza pergi ke dapur. Sedangkan si bontot sudah rapi dan duduk anteng bermain game di ponselnya sembari menunggu masakan sang mama jadi.
"Sylvia," panggil Dean menghampiri Sylvia yang sedang menaruh lauk pauk ke piring.
"Ya, Mas?" Sylvia hanya menengok sebentar ke suaminya. Kemudian melanjutkan kesibukannya.
Dean tidak langsung menjawab. Dia ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. Melihat istrinya sedang sibuk menyiapkan sarapan sendirian, Dean inisiatif membantu. Tidak jadi mengutarakan sesuatu ke Sylvia.
Deon mengambil dua piring di kedua tangan Sylvia. "Biar aku yang bawa ke meja makan."
Sylvia mengerutkan keningnya. Tidak biasanya sang kepala keluarga itu membantu membawakan sarapan. Dulu saja Dean selalu menolak jika Sylvia minta jika menyangkut dapur. Kalau membantu urusan rumah tangga lain Deon baru mau.
Kala Dean kembali untuk mengambil piring lainnya, Sylvia masih terpaku di sana sambil memandang suaminya. "Tumben, Mas."
Dean berdeham sebelum menjawab. "Nggak papa. Ah iya, kamu panggil Aly sama Aksya. Udah jam setengah tujuh ini, nanti si Aksya telat ke kerjaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Around
Fiksi RemajaApa yang akan kamu lakukan jika dihadapkan dengan situasi yang rumit? Terlebih lagi bila harus memilih antara masa depan atau keluarga. Itulah yang dirasakan Alyza saat ini. Masing-masing pilihan menentukan nasib yang akan Alyza lalui. Entah itu mer...