"Karena kau sudah mengakui sebagai bawahanku, aku punya tugas untukmu," Erin merangkul Coda agar dapat berbisik di telinganya.
Coda mendengus jengkel. "Aku tidak mengakuinya,"
"Pokoknya adalah hari ini kita harus mengalahkan pelaku penyerangan di akademi. Tidak masalah itu di arena atau bukan. Aku akan menyeretnya ke depan Tuan Carnelian," Erin bersungut. Masih mengingat hal menjengkelkan di aula. "Targetku adalah orang itu, meski aku tidak punya bukti, instingku bilang dia adalah pelakunya,"
"Dan apa yang harus aku lakukan?"
"Kalahkan peserta lain sebanyak-banyaknya," jawab Erin santai.
Mata Coda langsung mendelik jengkel. Dia mendorong Erin kasar. Berkacak pinggang. "Kenapa aku mendapat tugas yang berat?! Pelakunya paling hanya 4 atau 5 orang dan kalau dihitung sisa peserta berarti sekitar 8 atau 9 orang. Dua kali lipat dari targetmu. Aku bisa mati,"
Erin terkekeh geli melihat wajah Coda yang serius. "Ah, betul juga. Belum lagi peserta yang tersisa pasti punya kartu-kartu yang kuat. Bunuh diri namanya,"
"Ah, ngomong-ngomong, aku baru ingat," Erin menjentikkan jarinya. "Saat hari pertama seluruh peserta mendapat bantuan dengan sihir penyembuhan, tapi untuk hari kedua tidak ada. Jadi, berhati-hatilah untuk tidak mati,"
"Tunggu, kau masih mau melakukan rencana itu?!" seru Coda jengkel. Erin hanya bergerak ke kanan ke kiri dengan senyum jahilnya. "Ah, tapi kalau begitu kita akan menang lebih cepat,"
"Maksudnya mati lebih cepat?" potong Coda pusing. Dahinya berkerut. "Lebih baik kita berjalan bersama, aku harus menjagamu agar tidak mati,"
"Aku tidak akan mati, Coda," Erin tertawa santai. "Kau juga tidak akan mati, bukan?"
Coda berdiam sebentar, mungkinkah Erin sedang membicarakan kartu yang dia punya. Coda membuang napas panjang. Tidak aneh kalau Erin tahu. "Aku akan mati kalau mengikuti rencana bodohmu,"
---//---
Area Galaksi akan dimulai kembali setelah lonceng berdentang tujuh kali. Masih belum terdengar. Coda tidak perlu khawatir akan diserang.
Coda kembali ke sungai kecil tadi pagi. Peserta lain pasti akan tertarik untuk datang ke sini. Coda tidak perlu repot berkeliling mencari lawan. Coda duduk di atas batu memperhatikan kehidupan yang sibuk. Menunggu suara lantang lonceng.
Telinga Coda akhirnya menangkap gerakan tak alami. Arahnya dari seberang sungai. Coda mencoba menerka-nerka lawan yang datang padanya. Mungkin dari Alba? Sirena? Kemungkinannya sama. Bertarung sambil mengamati sekitar adalah hal yang sulit. Coda tidak tahu peserta dari kerajaan mana yang masih bertahan.
Rencananya akan tetap sama. Meladeni orang-orang yang menantangnya dan memenangkan pertarungan lalu mendapatkan kartu baru.
Area Galaksi yang mendadak dan kekuatan kartu yang dirahasiakan membuat Coda tidak bisa melakukan persiapan. Coda tidak punya informasi yang menguntungkan. Dia pikir bisa menghubungi Ara untuk bertanya banyak hal, sayangnya Ara sudah lama tidak terlihat.
Pada akhirnya kesimpulan yang Coda dapat adalah saat di arena yang terkuat yang akan menang.
Coda masih duduk tenang. Tidak boleh menunjukkan reaksi yang berlebihan.
"Ah, sudah lama tidak bertemu. Banyak hal yang terjadi, bukan?"
Baru saja dibicarakan suara Ara menyapanya. Mata Coda akhirnya menangkap wujud Ara dengan Ran di sebelahnya. Rasanya tidak menyenangkan harus bertarung dengan orang yang dikenal. Coda melompat dari tempatnya duduk. Menepuk mantelnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...