Dua lawan satu. Ran dikepung Coda dan serigala besar berwarna hitam kebiru-biruan. Kekuatan yang Coda dapatkan dari kekuatan serpihan Berlian Bintang hasil pertarungan hari pertama. Serigala besar yang kuat adalah senjata utama Coda yang buruk dalam pertarungan. Coda akan mengimbangi celah dari serangan serigala barunya.
Ran tampak kewalahan menghalau cakar-cakar besar yang mengejarnya. Coda mengikuti mereka dari belakang. Meninggalkan Ara yang pastinya sibuk meladeni Erin.
Meski tampak berat sebelah, Coda hanya bisa menyudutkan Ran. Tidak ada kemenangan dalam pandangannya. Ran jelas masih punya kekuatan lain. Coda harus waspada atau dia akan mendapat luka besar lagi di tubuhnya.
Entah keberuntungan atau kesialan, pemilik hanya bisa menggunakan satu kartu dalam satu waktu. Saat mereka ingin menggunakan kekuatan lain, kartu yang sedang digunakan akan kembali pada wujudnya dan kekuatannya tidak lagi bisa digunakan.
Karena itu, sebisa mungkin Coda harus menghalau Ran saat dia akan menggunakan kekuatan lain.
Ran berhenti di tanah lapang dekat air terjun. Butiran air menerpa wajah mereka. Sepertinya Ran menemui jalan buntu. Matanya awas bergantian melihat ke arah Coda dan serigalanya. Ran membuang napas berat. "Aku kesulitan saat berada di ruang yang sempit. Setidaknya untuk sekarang kita bisa bertanding dengan adil,"
Ran melepaskan mantelnya. Memperlihatkan lengan kekarnya. Matanya kini hanya tertuju pada serigala hitam. Satu tombak teracung.
Melihat Ran sekarang, Coda tahu kalau Ran percaya diri dengan kemampuannya. Eterno. Tanah gersang yang liar. Coda tidak bisa meremehkan Ran. Coda ikut memasang kuda-kuda.
"Sejujurnya masih banyak yang aku tidak pahami, tapi kenapa kalian melakukannya?" Coda bertanya kalem. Masih bersiaga.
"Apa itu penting? Kau sudah menemukan pelakunya, bukan? Dan sesuai yang kau katakan setiap orang punya motif untuk melakukannya," Ran memutar tombaknya. Kini mengarah pada Coda. "Yang terpenting sekarang adalah memenangkan pertandingan ini,"
"Kau benar. Setelah kalian kalah, aku akan tahu jawabannya," Coda mengangkat tombaknya, menahan serangan Ran yang mengarah padanya.
Berhasil menghentikan Ran untuk sesaat, serigalanya melesat dari belakang punggung Ran. Menyabetnya dengan cakar besar. Ran terlempar lagi, kali ini lebih siap. Dia mendarat dengan baik. Meski lengannya terluka.
"Kau lebih kuat dari yang aku duga," puji Ran sambil menyentuh luka di lengannya.
"Aku sudah menduganya dari awal kalau kau memang kuat. Aku tidak bisa meremehkanmu," Coda meluruskan punggungnya. Mengelus kepala serigala yang yang ada di sebelahnya. "Kalau bukan karena bantuan serigala ini, aku mungkin sudah kalah,"
Ran mengatur napasnya sebentar. "Kau tahu Eterno adalah tanah pejuang. Tidak ada pengroyokan. Kami selalu memilih pertandingan satu lawan satu. Pertarungan yang adil,"
"Maaf kalau begitu," balas Coda pendek. Dia merasa sedang disindir. "Bestia berbeda lagi. Lawan kami adalah hewan liar. Hanya bisa dilakukan dengan banyak orang,"
Ran tertawa kencang. Dia menyeka air mata yang keluar karena terlalu keras tertawa. Coda masih tidak paham dengan sikap Ran yang suka berubah drastis. Kadang tenang kadang tertawa sebebas ini. "Kita berbeda, huh? Kalau begitu aku tidak bisa menyalahkanmu,"
Tangan Ran mengambil sesuatu di kantongnya, dua butir kerikil. Melihat itu Coda langsung bersiaga. Ran menggeleng. "Sebentar,"
"Terakhir kali aku menunggu, ada lubang di perutku," sahut Coda sinis.
Ran tertawa lagi. Sekarang ada dua pedang di tangannya. Ran melemparkan satu pedang ke depan Coda. Pedang Ran teracung ke arah Coda. "Tidak keberatan kalau kita bertanding secara adil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...