Prolog

43 4 2
                                    

Halo, ini adalah cerita kesekian aku. Cerita tentang sebuah hubungan yang harus berakhir tanpa dimulai. Semoga kalian suka dengan cerita baru aku ya.

Happy Reading ✨

***********

Menyusuri padatnya jalanan malam ini, sambil melihat orang berlalu-lalang, sedikit membuat pikiranku tenang. Kulihat ada bangku kosong dan aku langsung duduk. Tangan kananku merogoh tasku dan mengambil ponsel yang dari tadi terus saja berdering.

Tertera nama seseorang yang telah membuatku sedikit kecewa untuk saat ini. Aku membiarkan ponselku terus berdering, tanpa niatan ingin mengangkatnya.

Kejadian tadi sangat membuatku benar-benar patah hati dibuatnya. Dengan napas yang masih tersenggal, aku berusaha untuk menetralkan tubuhku.

Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Kenapa dia begitu jahat kepadaku? Seolah sangat tidak berharga. 

"Ara!" Teriakan seseorang, menyadarkanku dari kesedihan ini.

Dia adalah sahabatku, namamya Andre. Sengaja aku menyuruh dia untuk menghampiriku di sini.

"Lo baik-baik aja kan?" tanyanya, begitu khawatir.

Aku hanya bisa menggeleng, lalu menangis di pelukannya.

Rasanya saat ini, tak ada tenaga untuk mengeluarkan kalimat sedikit pun.

Andre mengusap pelan punggungku, membuatku sedikit lebih lega. Lalu aku melepaskan diri dari pelukannya.

Lewat sorotan mataku, Andre tahu apa yang terjadi padaku saat ini.

"Kan udah dibilangin!"

"Gua gak tau, kalo beneran terjadi." Aku sedkit menyesali.

"Oke, sekarang.  gua anterin balik ya."

Dengan cepat aku menggeleng. "Kalo gua pulang dengan keadaan gini. Nyokap dan Bokap gua pasti nanya."

"Terus mau ke mana?" tanyanya.

Dan ponselku kembali berdering, Andre langsung mengambilnya.

"Blokir dia sekarang juga!" perintahnya.

"Gak secepat itu juga kali."

"Pleaseee, dia gak baik buat lo. See, dia malah lamaran sama yang lain?"

Deg, pernyataan Andre, membuatku ingin kembali menangis.

"Haduh, nangis lagi."

"Gua sewa hotel aja deh. Bye!" Tanpa mengucapkan terimakasih, aku langsung pergi begitu saja.

Aku tidak siap mendengar ceramahan dari Andre. Saat ini tujuanku adalah menginap satu malam di hotel dekat dari sini. Kalau aku pulang sekarang, sudah pasti kedua orang tuaku akan bertanya.

Saat memasuki kamar hotel, kakiku melangkah ke balkonnya. Menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata.

Mengingat kejadian tadi, saat aku tak sengaja ingin bersantai di sebuah kafe, yang ternyata sedang dipakai untuk acara sebuah lamaran.

Di mana yang lamaran itu adalah, cowok yang selama ini selalu bersamaku. Kita dekat sudah cukup lama, sudah setahun kita dekat. Tapi aku tak juga mendapat kepastian.

Hubunganku dan dia tidak ada kemajuan, tetapi dia selalu menahanku untuk pergi. Bahkan dia pernah berjanji untuk mengajakku serius. Katanya, "Kita gak usah ada status dulu ya, tapi kita jalanin ini bareng-bareng. Nanti kalau waktunya sudah pas, aku akan melamarmu."

Dan dengan bodohnya aku percaya dengan kata-kata itu. Aku memang terlalu polos dengan umur yang baru dua puluh dua, sedangkan dia umur dua puluh delapan.

Nyatanya, dia malah melamar wanita lain? Lalu aku ditinggalkan begitu saja tanpa alasan. Padahal kita berdua sebelumnya baik-baik saja. Bahkan masih jalan bareng, sekedar untuk makan malam bersama di luar.

Kalau kata Andre. "Apa yang mau lo harepin dari hubungan gak jelas ini." Dan, ya buktinya benar sekarang. Aku malah dicampakkan begitu saja.

Juandra Pratama, adalah orang yang membuatku patah sepatahnya malam ini.

Juan sudah tahu, kalau aku melihat acara lamarannya tadi. Makanya dia terus menghubungiku dari tadi.

Rasanya ingin pergi menghilang dari bumi. Atau mengulang waktu, harusnya aku di rumah saja. Tidak usah keluar, agar tidak melihat acara lamaran orang yang aku cintai.

Ya, sejak pandangan pertama, aku langsung jatuh cinta pada lelaki bernama Juan. Lelaki dewasa yang begitu manis, tapi kenyataannya malah membuat kenangan pahit pada akhirnya.

Aku menghapus air mataku, aku tidak boleh lemah. Toh aku dan dia juga tidak pernah memulai hubungan. Bahkan sebelum memulai, sudah ditinggal duluan.

"Harus kuat, inget!" Aku berusaha menguatkan diriku sendiri.

Dengan langkah pelan, aku kembali masuk ke dalam kamar. Tanpa bersih-bersih badanku yang mungkin sudah kotor terkena debu di jalan, aku langsung naik ke kasur. Karena rasanya sangat lelah tak ada tenaga untuk membersihkan diri.

**********

Adakah yang nasibnya sama seperti Ara?

Ini adalah prolog cerita dari "FINISHED"

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa untuk vote and comment ya 🙌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang