***
.
.
.
Sabtu, 17 Februari 2024.
Jadwal terakhirku untuk manggung di cafe milik Sungchan dalam satu minggu.
Setelah memarkirkan motor di depan cafe, ku langkahkan kakiku dengan tegas. Seperti biasa Leehan menyempatkan diri untuk menyapaku dengan senyuman dari meja kasir. Wajahnya penuh peluh, setara dengan keramaian cafe yang kudapat malam ini. Alunan musik bisa ku tangkap. Sohee, si vokalis dari band yang tampil sebelum jadwal ku mengalun merdu ke penjuru cafe. Membuatku terlena untuk sesaat. Sebelum sebuah suara kembali menyadarkan diriku.
"Eunseok!"
Aku menoleh, Sungchan memanggilku tepat di ambang pintu khusus karyawan. Membuatku membalasnya dengan senyuman, lalu dengan langkah bebas menuju ke arah Sungchan.
Kami ber-tos ria layaknya seorang pria. Sungchan menanyakan kabarku begitupula dengan aku yang melakukan hal yang sama. Kemudian ku tanyakan padanya hal yang sering ku tanyakan dalam tiga hari terakhir dari jadwal grup ku manggung.
"Apa dia datang lagi?" tanyaku, dan Sungchan mengangguk.
"Dia selalu datang jika tim-mu mengisi. Di sana, di tempat biasanya dia akan duduk." jawab Sungchan. Aku terdiam mendengarnya.
Dia yang ku maksud, tidak lain adalah seorang laki-laki muda yang kerap kali ku lihat duduk di pojok cafe. Rambutnya hitam legam dan panjang se bahu. Setelan yang dia pakai selalu berwarna monokrom. Visualnya, bahkan aku bisa yakin bahwa dia sangat elok meski tertutup oleh gelap dari bangku pojok cafe. Tidak seperti para pendengar ku yang lainnya. Dia tidak bersorak atau ikut bernyanyi, bahkan sekedar mengangkat gawai untuk merekam penampilanku, dia tidak melakukannya. Di saat pengunjung cafe yang lain menatapku dengan kagum, mengangkat flash handphone mereka, dan menikmati nyanyian ku dengan ikut bernyanyi bersama. Tidak dengan dia. Dia duduk menyamping, menyesap segelas kopi dan potongan Lemon Cake sebagai teman dari kesendiriannya. Dia menikmati musik ku dengan tenang. Dengan gerakan kecil dari jari-jarinya. Dia tidak menatapku, namun aku tahu dia sangat terlena dengan suaraku. Membuatku penasaran akan sosoknya.
Tiga hari yang lalu. Aku bertanya pada Sungchan, harap-harap si pemilik cafe tempatku mencari uang tambahan tahu akan jawaban yang ku butuhkan. Lalu sesuai dengan harapanku, Sungchan menjawab semua rasa penasaran yang hadir di relung hatiku.
"Namanya kalau tidak salah sih Park Wonbin. Leehan bilang dia selalu memesan satu americano dan Lemon cake. Selalu jika kalian ada jadwal untuk tampil di sini. Dia bahkan menanyakan di hari apa saja kau tampil. Dan selalu datang di hari-hari itu. Satu hal yang baru aku tahu dari dia,"
"Leehan bilang, bahwa Park Wonbin adalah seorang tunanetra."
Jawaban yang ku dapat ketika bertanya pada Sungchan. Dan kalimat terakhir membuatku kaget, nyaris menumpahkan segelas cappucino yang waktu itu ku pegang.
Itulah sebabnya. Mengapa dia tidak mengangkat ponselnya kala suaraku mengalun. Itulah mengapa dia tidak menolehkan kepalanya ke arahku dan melihat seberapa besar ku bisa membawanya jatuh dalam laguku. Dan itulah mengapa dia menikmati semua penampilanku dengan diam. Karena dia adalah seorang tunanetra. Dia mendengarkan aku.