Mengungkap kebenaran

8.6K 390 62
                                    

ゑ⎛⎝ ﷽ ⎠⎞ゑ

Happy Reading

*

*

*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Jangan berani membentak istri saya!"

Semua yang ada di ruang tamu spontan menoleh ke arah Gus Zhafi yang tiba-tiba datang membuka suara dengan penuh penekanan.

Ustadzah Naila yang sadar akan kedatangan Gus Zhafi langsung menundukkan kepalanya. Seluruh tubuhnya begitu panas dingin dan bergetar. Bagaimana tidak? Dirinya kini tengah tertangkap basah oleh Gus Zhafi, bahwa tadi ia dengan tidak tau malunya, meninggikan suaranya pada Khanza.

Ustadzah Naila begitu menyesali perbuatannya tadi. pasti saat ini citra baiknya sudah rusak di mata Gus Zhafi.

"Atas dasar apa anda membentak istri saya! Bahkan saya yang suaminya pun tidak pernah membentaknya!" Begitu terlihat kemarahan dari raut wajah Gus Zhafi. Sementara Khanza yang melihat itupun langsung bangkit dari duduknya.

Khanza menghampiri sang suami yang sudah ia pastikan bahwa saat ini suaminya itu sedang marah. Khanza semakin mendekat pada sang suami, lalu ia langsung menggenggam tangan suaminya, untuk sekedar menenangkan.

Gus Zhafi menoleh ke arah Khanza sejenak. Terlihat dari raut wajahnya, bahwa ia sudah sedikit lebih tenang daripada tadi.

"Katakan! Apa maksud anda membentak istri saya seperti tadi?" Tanya Gus Zhafi begitu dingin.

Ustdzah Naila dibuat ketar-ketir dengan kemarahan Gus Zhafi. Antara takut dan malu bercampur menjadi satu. Takut, karena ia tau, bahwa jika Gus Zhafi sudah marah, maka marahnya tidak tidak akan tanggung-tanggung. Dan malu, karena kini citranya sudah rusak di hadapan semua orang yang ada di sini. Terutama Bu nyai Hilwa dan Gus Zhafi.

"Apakah anda tidak bisa menjawab?!" Gus Zhafi kembali membuka suaranya semakin dingin, ketika tidak kunjung mendapatkan jawaban.

"M-maaf Gus jika saya sudah lancang meninggikan suara saya kepada Ning Khanza," jawab Ustadzah Naila dengan suara yang bergetar.

"Saya tanya. Apa alasan anda meninggikan suara kepada istri saya!" Ulang Gus Zhafi.

Ustadzah Naila kembali tersentak dengan suara Gus Zhafi. Ia semakin takut melihat kemarahan Gus Zhafi saat ini. Bahkan bukan hanya Ustadzah Naila saja yang merasa takut. Ustadzah Halimah, dan Diva pun juga ikut takut. Bagaimana tidak takut? Gus Zhafi orangnya jarang sekali marah-marah. Tapi sekalinya marah, membuat semua orang ketar-ketir.

Bersamamu hingga ke syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang