2.1 Pertemuan Tidak Terduga

72 44 13
                                    

Sania sangat senang hari ini.

Hal tersebut karena Kleo, sahabatnya, berinisiatif mengajaknya jalan ke pasar malam dadakan, malam ini.

Sania dan Kleo sudah selesai menikmati pasar malam. Kini, mereka sedang duduk di pinggiran danau yang kebetulan dekat dengan lokasi pasar malam sambil memakan camilan yang mereka beli sebelumnya dengan santai.

"Jadi, akhirnya sekarang udah gaada Kairav lagi, San?" tanya Kleo yang kemudian bergerak menyesap kopi hangatnya.

Sania menoleh ke arah Kleo dan memamerkan senyum simpulnya yang berharga.

Kleo yang melihatnya cukup senang. Senyum simpul yang Sania pasang sangat manis, tidak seperti di masa lalu.

"Cheers, San!" ucap Kleo yang kemudian mendekatkan gelas kopinya ke arah Sania.

"Cheers karena lo akhirnya bisa move on untuk pertama kalinya!" ucap Kleo yang dibalas anggukan dan gelas kopi Sania juga mendekat dan bersentuhan dengan gelas kopi Kleo.

"Cheers!" ucap Sania dengan senyum yang tidak pudar.

Mereka kemudian lanjut membahas pembahasan lainnya. Hanya obrolan ringan antar remaja perempuan.

"Hm, San, Mas Dika udah jemput gue. Dia di depan katanya," ucap Kleo sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Ya udah, ayok gue temenin ke Mas Dikanya," ucap Sania yang dibalas anggukan oleh Kleo.

Tidak lama, akhirnya mereka sampai di area parkiran, di depan lokasi pasar malam mereka. Sania mengantarkan Kleo pulang menemui abangnya terlebih dahulu.

"Dah! Kleo! Mas Dika!" ucap Sania sebagai bentuk perpisahan. Dia juga melambaikan tangannya dengan tidak lupa menampilkan senyumnya yang manis.

Kleo balas melambai, sementara motor yang dikendarai Mas Dika terus bergerak menjauh meninggalkan lokasi.

"Oke! Saatnya gue pulang juga," ucap Sania sambil berjalan menuju parkiran mobil yang berada beberapa meter dari lokasinya.

Di jalan, dia sebenarnya sedang melamun. Tetapi matanya tetap melihat ke sekitar dengan hati-hati.

Sampai, tiba-tiba saja Sania berhenti. Dia tidak lagi melanjutkan perjalanannya.

Di depannya, cukup jauh, sudah ada mata lain yang bertatapan dengannya.

Kairav.

Sania tiba-tiba saja tanpa diduga bertemu Kairav disini.

Sania mengedipkan matanya beberapa kali, sebelum memutuskan untuk tersenyum, tanda kalau dia menyadari keberadaan lawan jenisnya itu.

Belum juga, Sania ingin melanjutkan jalannya. Kairav segera datang, dan menghampirinya.

Sania terdiam. Tidak tahu harus merespon apa.

Dia membiarkan Kairav berdiri berhadap-hadapan denganngmya kembali.

"Move on. Ternyata sulit, ya," pikir Sania di benaknya. Tangannya kini menyentuh area dadanya yang merasakan degupan kencang yang aneh.

Sania pun bisa merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang setelah kehadiran Kairav.

Kairav tersenyum kepadanya. Membuat Sania benci.

Tetapi dia tidak memiliki hak untuk membenci Kairav.

"Bagaimanapun perasaan gue ini terlarang. Kairav tersenyum juga karena gue adik Bright. Inget itu!" ucap Sania, mengingatkan dirinya di benaknya.

"Kamu sendirian aja kesini?" tanya Kairav dengan ramah.

Sania tersenyum dan berkata, "Tadi sama temen tapi sekarang udah pulang, Kak!"

"Oh, kebetulan! Gue juga mau ke rumah Bright. Mau gue anter?" tanya Kairav.

Dia tidak mengetahui kalau Sania sebenarnya membawa kendaraannya sendiri kesini.

Hening cukup lama di antara keduanya. Kairav kemudian merasa bersalah dan menyangka bahwa Sania tampaknya tidak ingin pergi bersama dengannya. Kairav kemudian meminta maaf. Tetapi respon Sania tidak seperti dugaannya.

"Ah, maaf, Kak. Aku tadi tuh melamun. Jadi, gak fokus. Hm, tawarannya masih berlaku kan?"

"Eh, iya?"

"Oke, kalo gitu tolong, ya, Kak! Soalnya Sania gak bawa kendaraan. Jadi, bisa hemat kalo bareng Kakak," ucap Sania yang membjat Kairav sedikit bingung pada awalnya.

Namun, pemuda itu kemudian mengangguk mengiyakan dan keduanya pun pergi menuju tempat dimana mobil Kairav terparkir. Tetapi ketika ada belokan, Kairav berhenti sebentar.

Pandangannya tertuju pada mobil di ujung. Walaupun terlihat seperti mobil biasa, Kairav sedikit mengenali detailnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Sania yang kini sudah berada di depan pintu penumpang. Tepat di posisi mobilnya Kairav terparkir.

Kairav berbalik ke arahnya dan menggeleng, "Ga ada apa-apa, kok. Cuman kepikiran kalo aku lupa ngunci pintu kamar," ucap Kairav dengan wajah tanpa ekspresi.

Tut ... Tut ...

Sania kemudian masuk ke mobil Kairav yang sudah tidak terkunci. Sementara itu, Kairav? Dia tampak memiliki pemikirannya sendiri yang tidak akan Sania duga sama sekali.

Pandangannya lurus ke depan. Tetapi, hati Kairav kini terfokus pada perempuan di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Kairav ragu-ragu di benaknya.

***

Kehidupan Kedua KairavTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang