titik terang

1.1K 133 8
                                    

Sana bersiap untuk segera pulang, dia ingin bertanya soal Becky lebih lanjut terutama bagian kenapa dia tidak bisa melihat. Tapi, apa Freen akan menjawabnya? Karena itu termasuk menanyakan hal yang privasi.

"Ayo" Ucap Freen masuk mobil, Sana masuk lalu memakai selt bet. Ia kembali memandangi wajah Freen lekat, antara ingin bertanya atau diam saja.

"Kenapa? Ada pertanyaan untukku?"

Sana mengangguk, "ada"

"Becky siapamu?"

"Hanya orang asing yang kebetulan berada diapartemenku."

"Apa kamu yakin dia tidak mencurigakan?"

"Mencurigakan seperti apa?" Tanya Freen kembali sambil menginjal pedal gas. Mereka meninggalkan apartemen untuk mengantarkan Sana pulangm

"Entah, aku merasa ada yang aneh. Dia benar benar tidak bisa melihat?"

Freen mengangguk, tidak diragukan lagi. Lagipula Freen sudah memastikannya sendiri. Ia juga mempelajari kedokteran.

"Aku sudah memastikan, dia benar benar tidak bisa melihat."

Sana terdiam tidak ingin membantah, apalagi ini pertemuan pertama ia dan Becky, terlalu cepat menyimpulkan bahwa Becky adalah orang yang patut dicurigai.

"Setelah ini kemana?"

Lamunan Sana terpecah ketika mendengar pertanyaan Freen, kini ia fokus menunjuk jalan menuju rumahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam gelap kini menyelimuti bumi, seorang wanita baru saja bangun dari tidurnya. Ia menggeliat lalu menguap dengan lebar.

"Jam berapa ini?"

Tangannya meraba bagian samping kasur, mengambil ponsel yang selalu ia simpan diatas nakas.

"Jam 11 malam? Aku ada pekerjaan."

Ia bangkit dari tempat tidurnya lalu melenggang menuju kamar mandi, sekedar membasuh mukanya dan mengikat rambutnya yang panjang.

Ketika keluar kamar ia melihat seseorang duduk diruang tamu dengan TV yang mati.

"Becky?"

"Freen? Kamu udah bangun?" Tanya sambil berbalik ke belakang.

Freen menghembuskan nafasnya pelan, hampir saja ia berpikir bahwa setan itu sungguhan. Lagipula sedang apa Becky disini? Kenapa tidak tidur dikamarnya?

"Ngapain? Ko belum tidur."

"Gatau, ga bisa tidur aja"

"Tidur, aku mau keluar ya, ada beberapa urusan."

"Kemana? Aku ikut"

Freen menghembuskan nafasnya pelan.

"Engga boleh, kamu ga bisa ikut aku sekarang."

"Kenapa? Kamu mau kemana?"

"Aku ada janjian sama bos ku ditempat kerja, jadi kamu ga bisa ikut."

"Malem malem gini?"

"Iya" Jawab Freen mengusap kepala Becky berulang kali.

"Yasudah, aku pergi sekarang yaa. Aku tidak akan lama."

Becky terdiam, tidak lagi merengek ingin ikut. Padahal ia hanya kesepian dan ingin sekedar mengobrol santai.

'Mau gimana lagi, toh Freen juga mempunyai dunianya sendiri'

Setetes air mata sudah tidak bisa Becky bendung, ia merasakan hatinya yang sakit karena hanya hidup sebatang kara. Keluarganya dibunuh oleh ayahnya sendiri. Kenapa ia tidak sekalian dibunuh saja?

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang