+Bonus Track

1.5K 134 14
                                    

"Leon! Ayo kita pulang. Nanti Mama akan memarahi kita, jika terlambat sampai rumah."

"Baik Kak Jio." Pria kecil itu menuruti titah sang kakak. Mereka berdua menaiki sepeda, menuju rumah. Takut-takut monster akan memangsa mereka berdua.

Sesaat setelah memasuki rumah, sudah ada Sion yang menyilangkan tangan di depan dadanya. Raut mukanya jelas tergambar jika bocah 10 tahun ini sedang marah. Leon dibuat takut jika kakak sulungnya ini marah. Berbeda dengan Jio yang masih berwajah santai tanpa dosa, terlihat menantang Sion tanpa takut.

"Jeong Jio, Jeong Leon. Kalian tahu kan apa kesalahan kalian?"

"Tidak! Kami tidak tahu apa kesalahan kami. Jadi bisakah Kak Sion beri tahu kami?"

Wajah Sion semakin suram, memang adiknya ini kurang ajar sekali. Ingin rasanya Sion memukul Jio agar bocah itu berubah menjadi adik penurut. "JIO!"

"HUAA! MAMAAA!"

Bukan Jio, tapi Leon yang menangis. Bocah kecil itu berlarian mencari ibunya. Hendak mengadukan kedua kakak yang tidak pernah berdamai ini. Sementara Sion dan Jio masih saja bersitegang di ruang tamu. Karena geram, Jio mendorong dada Sion lalu pergi menuju kamarnya sendiri. Sion hanya bisa menghela nafas untuk menahan amarah, bocah itu juga kembali menuju kamarnya sendiri.

Chaeyoung yang nendengar teriakan bungsu kesayangannya, segera mendekati Leon. Matanya berkedut saat menyaksikan sendiri bagaimana rambut rapi yang ia tata sudah menjadi seperti gelandangan. Dengan muka serta badan yang dipenuhi tanah kotor. Chaeyoung hanya tersenyum menyabarkan diri sendiri di dalam hati. Ia harus paham bahwa putranya ini jauh dari harapan sang ibu yang ingin Leon menjadi anak yang manis. Yang ada Leon seperti pasukan Jio yang membututi Jio kemana pun dia pergi.

"Ada apa, Sayang? Kenapa Leon menangis?"

"Kak Jio dan Kak Sion berkelahi lagi, Ma. Leon sedih melihat kakak marah."

Leon ingin memeluk Chaeyoung, namun wanita itu segera mengangkat anak bungsunya itu menuju kamar mandi. Membersihkan semua kotoran di badan Leon. Tidak peduli dengan kedua putranya itu, yang terpenting Leon bersih dahulu. Bukan hal baru melihat dua kepala batu itu bertengkar. Chaeyoung sudah bosan, sampai-sampai ingin membuang dua putranya itu, kalau perlu ia buang bersama Jaehyun. Dia cukup bersama Leon saja.

***

Malam harinya sudah ada Sion, Jio, Jaehyun, serta Leon yang berada di gendongan Chaeyoung. Ibu tiga anak itu sengaja mengumpulkan mereka semua agar Sion serta Jio bisa berdamai. Kepala Chaeyoung bisa pecah lama-lama jika mereka berkelahi terus menerus. Dua kepala batu yang tidak pernah mau disalahkan dan selalu merasa mereka benar.

"Jio, Sion! Ayo sekarang kalian katakan kenapa kalian tadi berkelahi. Sampai Leon melihat kalian bertengkar, itu bukan contoh yang baik untuk adik kalian."

Chaeyoung memang harus menambah porsi kesabaran pada jiwanya. Di rumah ini dia mendapatkan satu Jaehyun besar dengan tiga Jaehyun kecil sebagai hadiah. Gagal sudah memiliki putri yang lucu, karena anak ketiganya ini juga ternyata laki-laki. Jaehyun benar-benar membagikan semua fitur wajahnya kepada semua anak, tidak memberi bagian pada Chaeyoung. Suaminya ini memanglah pelit, membuat Chaeyoung hanya menjadi rumah singgah selama 9 bulan. Mempunyai tiga putra tidaklah mudah, Chaeyoung tidak mengerti pola berpikir lelaki. Sementara lelaki dewasa yang mengaku sebagai suaminya itu tidak berguna. Tidak membantu sama sekali.

"Biarkan saja, Sayang. Mereka kan laki-laki, jadi biarkan mereka menyelesaikan masalah layaknya pria—aw sakit!" Chaeyoung mencubit pinggang Jaehyun dengan sepenuh hati.

Nah. benar kan, tidak berguna sekali menjadi ayah. Bukannya mendamaikan, malah memanaskan suasana. Sion tumbuh besar layaknya Jaehyun, benar-benar seperti Jaehyun yang terlahir kembali baik fisik maupun sifatnya. Sementara Jio terlihat seperti jiwa Chaeyoung yang terjebak pada tubuh Jaehyun. Chaeyoung ingin menyelamatkan Leon, setidaknya putra bungsunya ini harus besar seperti keinginannya.

Out of Time [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang