Lost

36 13 1
                                    

"Pindah kebelakang,"
Aku menatap datar pada gadis di hadapanku.
Aku benar-benar tidak mengenalnya.
"Apa?"
" Juan dan teman²nyabpasti akan duduk di deretan ini. Dan kau bukan anggota dari mereka,"
"Aku tidak memerlukan hal itu sama sekali. Jangan menarikku masuk ke drama bodoh ketiga lelaki itu Febri," ucapku tegas.

Beberapa mahasiswa yang tengah terlebih dahulu duduk di kelas itu tampak memandangi kami berdua.

"Aku tidak perduli siapa mereka. Jika mereka menginginkan kursi ini, mereka harua lebih awal menempatinya," ucapku yang kemudian menduduki kursi itu. Namun,

"Kebelakang,"
Aku mendongak, menatap ke pemilik suara itu.

"Kau tidak mendengarku?" Tambah lelaki tampan itu. Juan.

Sejalan dengan ucapannya. Adit dan Stefavo sudah terlebih dahulu duduk di kursi yang sederet dengan kursiku.

"Kau tuli," tambah Febri dengan nada angkuh yang semakin berani.

Tatapanku yang tadi lurus pada Juan, kini menatap datar pada Febri. Gadis itu sudah buta oleh pikirannya.

Tanpa memalingkan tatapanku pada Febri, tanganku mengarah kedalam tas, mengambil tumbler hitam yang perlahan ku keluarkan dan ku buka tutupnya.  Semenit kemudian,

Hhaa...

Satu ruangan itu tampak kahget melihat kelakuanku.

Ya... Smoothies yang kubawa, dengan sengaja ku tumpahkan ke meja dan kursi itu.

"Yuana?!!" Febri tampak kaget.

Aku tersenyum licik, " jika aku menginginkan sesuatu, aku harus mendapatkannya, dan jika aku tidak menginginkannya, aku bahkan tidak akan meliriknya." Dengusku kesal.

Febri benar-benar membuatku muak.

" Jangan berlebihan," ucap Stevano tanpa menoleh.

Tatapan kami bertiga pun mengarah pada lelaki dingin itu.

"Hmm...kau tau Febri, aku bingung apa yang membuatmu nyaman berada di antara orang-orang gak jelas ini,"

"Kau tidak paham !!!" Bentak Stevano tiba-tiba.
Dan ya aku terdiam.

" Kau pikir kau siapa? berani berdialog panjang dengan kami!!" Bentaknya sambil menatap ku tajam.

" Kau tidak tau, apa yang kami lakukan pada perempuan sepertimu!!"

Aku sama sekalintidak takut dengan bentakan lelaki itu. Aku malah merasa ingin memancing amarahnya lebih lagi.

" Tutup mulutmu. Aku benci laki² yang banyak bicara. Kau terlalu sombong dan angkuh. Sudah terlalu banyak orang sepertimu." Ucapku sambil melap sisa Smoothies di tanganku pada kemejanya.

Semua orang terbelalak, tanpa terkecuali.

"Yuana!!!" Bentak Febri.

"Apa?" Tatapku tajam.

Akh...

Stevano menjambak rambutku, dan menarik kepalaku tepat di hadapan wajahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PIECE OF  HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang