Jejak Rasa (7)

27.8K 1.7K 148
                                    

finally.........

busettttt utk selesaiin short story satu ini aja rasanya kayak berabad-abad TT. ini alurnya agak lompat ya, bosen aku lanjutin yg kmrn dan ini partnya lumayan puanjang. sorry bgt krn lagi-lagi butuh waktu lama buat aku utk nepatin janji.

.

.

.

.







Arini tidak menyangka jika ia akan kembali ikut dalam acara kumpul keluarga seperti ini. Rasanya sudah lama sekali semenjak terakhir kali ia memaksakan diri untuk ikut.

Jika saja tidak mendapatkan ancaman, Arini sebenarnya masih enggan untuk datang. Ia merasa sungkan karena lama tidak menampakkan diri. Toh dirinya juga hanya kerabat jauh dari Danu dan keluarga besarnya.

"woy Arini" seorang pria berbadan tinggi dan tegap berlari menghampirinya.

"anjir beneran elo, lama gak ketemu" sapa pria itu kemudian hendak memeluknya namun dengan cepat Arini menghindar.

Gadis itu memicing dan memperhatikan dengan seksama pria itu dari atas hingga bawah. Setelahnya, Arini akhirnya menganga tak percaya ketika mengingat siapa pria dihadapannya.

"Bastian?" pekiknya tak menyangka.

"anjir lo gak kenal gue lagi?" tanya pria itu berpura-pura tersinggung.

"ya lo liat aja badan lo berubah segede ini" ujar Arini masih menatap tak percaya pada pria itu.

"ya iyalah, masa mungil terus kayak lo" Arini melotot tak terima mendengar ejekan pria yang seumuran dengannya itu.

Ia memang sempat mendengar jika Bastian mengikuti angkatan militer. Dan melihat gaya serta posturnya saat ini, jelas pria ini sudah berhasil menggapainya.

"gila, udah berapa tahun kita gak ketemu" Bastian mendekat dan memeluk leher Arini dengan sebelah tangannya.

"lepas, ih" kesal Arini yang merasa seperti anak kecil karena perbedaan tinggi badan mereka.

"heh, heh, kamu apain ponakan tante?" Kamila datang dengan sahutan hebohnya hingga membuat Bastian melepaskan Arini dan memutar bola matanya.

"Tian juga ponakan tante, kali" ucap pria itu berdecak.

Namun Kamila justru mengabaikannya dan beralih menyambut Arini dengan sangat bahagia.

"sayang, kamu beneran dateng" Kamila memeluk Arini hangat.

"lebay" cibir Bastian melihat interaksi keduanya.

"diem kamu, sana bantuin mas mu angkat barang, jangan disini aja" perintah wanita itu sewot yang kemudian dengan malas dituruti Bastian.

Mereka semua memang sepakat berkumpul dirumah Kamila sebelum berangkat bersama-sama menuju puncak.

Arini sedikit merasa lega ketika kekhawatirannya tidak terjadi. Keluarga besar Kamila yang lain justru menyambutnya dengan hangat dan begitu semangat bertukar kabar dengannya. Meski kadang terselip godaan akan tingkah centilnya pada Danu di masa lalu.

"Rin lo ikut mobil gue aja, udah lama gak ngobrol anjir" Bastian kini kembali menghampiri Arini yang tengah sibuk sendiri dengan isi tasnya.

"hah? Itu-"

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang