Haii.. happy reading guys!!
****
Untuk beberapa saat kata-kata Shavella belum bisa dicerna oleh otak Calvin yang otak Calvin yang mungil.
"H-hah? Lo Salah orang kali."
"Tidak. Aku akan menikah denganmu, Calvin."
Jederrrr
Ini nih. Pasti abis ini orang bawa kamera muncul, yang mana ya? Uang kaget atau bedah rumah nih yang dateng. Awas aja kalau yang dateng malah haji muda Roy sama temen-temennya.
Calvin tersenyum getir saat teori dugaannya salah.
Sampai kemudian seruan oma terdengar."Dia calon istri kamu, Calvin?"
Tentu saja bukan. Calvin menoleh pada oma, lalu sekali lagi Calvin tatap mata gadis itu yang masih berbinar menatap Calvin innocent. Dia terlalu cantik untuk disebut cewek gila. Mungkin lebih tepat jika dipanggil gadis konyol.
Tidak baik melanjutkan perbincangan di depan banyak orang seperti ini. Calvin menarik lengan gadis konyol itu dengan cengkraman kuat.
"Awhh," Shavella meringis merasakan perih di pergelangan tangannya, belum lagi hampir terjatuh gara-gara gaunnya yang ribet itu. "Kau menyakitiku Calvin."
Perlu diketahui kalau suara semua bidadari itu memang lembut. Menenangkan seperti nyanyian burung dipagi hari.
Calvin membawa Shavella ke lorong belakang aula pernikahan. Baru disanalah ia melepaskan tangan cewek itu. Telapak tangannya berganti menyentuh tembok di belakang gadis itu, membuatnya terjebak antara tembok dan tubuh Calvin.
Calvin menatap tajam pada gadis didepannya. "Lo tuh siapa sih? Ngapain lo ngomong gitu di depan orang-orang. Heh? Gue tau lo cakep tapi jangan seenaknya bikin gue malu gitu dong!"
"Membuat kau malu? Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya menuruti perkataan Aster. Katanya kau akan menikahiku." Jawabnya polos. Lalu bisa bernapas lega karena Calvin menurunkan tangannya dari sisi kanan dan kiri Shavella.
"Aster siapee? Kaga kenal gua."
Shavella mengerjap. "Kau mungkin tidak kenal. Tapi perkataannya pasti akan terjadi. Sungguh."
Calvin mengusap-ngusap dagunya dengan jari. Mencerna baik-baik maksud ucapan cewek aneh ini. Tapi siapa itu Aster? Namanya kedengaran seperti nama dewi Yunani kuno.
"Jadi menurut lo kita bakal menikah?"
Cewek itu mengangguk semangat. Pemikiran tinggal di apartement sendiri mendadak muncul di benak Calvin. Kemudian secepat kilat ia menggeleng.
Enggak! Semiskin apapun gue, hidup sama orang gak kenal tetep bukan pilihan yang baik.
Seumur hidup itu kan lama.
"Haduhhh! Lo kalo ngelantur jangan ke gue deh. Hidup gue tuh udah ruwet banyak masalah."
Meski rasa kantuknya kini sudah hilang sepenuhnya, tapi pulang mungkin adalah hal terbaik yang harus Calvin lakukan sekarang. Cowok itu menggaruk kasar kepalanya yang tak gatal lalu berbalik.
Sampai diluar hotel, Calvin masih bisa mendengar langkah kaki yang mengikutinya. Tapi ia sengaja mengabaikannya. Terus saja berjalan cepat untuk segera sampai di halte busway di sebrang hotel, sambil memeriksa kantung celana dan jasnya barangkali ada sebungkus permen karet yang terselip disana.
Suasana hatinya sedang buruk, Calvin butuh yang manis-manis.
Tinnnn!!! brukkk!!!
Calvin menutup telinga dengan kedua tangan. Suara dentuman terdengar kencang dari belakang Calvin saat ia sudah sampai di sebrang jalan. Orang-orang di halte busway juga melongok untuk melihat kecelakaan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadarinya Calvin
Narrativa generaleNote: Cover ngambil di Pinterest. Jatuh cinta bagi kaum bidadari adalah dosa. Sudah menjadi hukum mutlak bahwa kaum iblis akan selamanya berada di jalan yang salah. Bidadari itu bukan malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi iblis selalu...