IV : - Rooftop

154 23 5
                                    

Warning!!

Terdapat typo, bahasa kasar, penggunaan "lo/gue", dan bahasa-bahasa tidak baku.

(btw timeline di chapter ini pas mereka udah kelas 2 semester 1)

| -- |

3rd pov

Lelah, itulah satu kata yang bisa mendeskripsikan [Name] saat ini. Gadis itu sedang berjalan ditaman sekolah, menghirup udara di sana atas saran Karina untuk sedikit menenangkan pikirannya. Sebenarnya karina sudah memarahi gadis itu habis-habisan karena selalu melakukan hal-hal berlebihan hingga ia lupa pada keadaannya sendiri.

[Name]? Dia sih cuman hahahihi pas diamuk Karina karena terlalu memaksakan dirinya

Sebenarnya mbak [Name] ini pengen ganggu Halilintar buat ngembaliin semangatnya, cuman Halilintar belum kembali ke kelas setelah ijin pergi ke toilet mendekati waktu istirahat. Padahal Halilintar itu ibaratnya penyemangat gadis bersurai oranye itu, terutama disaat [Name] merasa kelelahan seperti ini. Tapi masa iya [Name] cek satu-persatu toilet cowok di sekolah demi ketemu Halilintar? Mbak [Name] masih punya rasa malu guys-

Mungkin karena minggu sebelumnya juga adalah pekan UTS, [Name] jadi merasa sepuluh kali lebih lelah. Ditambah lagi-

"[Name]! Akhirnya ketemu juga!"

Suara yang tidak asing ditelinga [Name] terdengar, membuat sang gadis tersentak kaget dan melirik ke belakang secara sekilas, mendapatkan segerombolan teman sekelasnya dan murid dari kelas lain yang mulai berlari ke arahnya. [Name] membulatkan matamya dan mulai berlari ke arah yang berlawanan,

"Tunggu [Name]! Kita cuman mau minta tolong doang kok!" teriak salah satu murid,

'Ahaha.. Doang katanya..' [Name] tertawa lemas dalam hati. Ya memang [Name] suka menolong teman-temannya, tapi untuk kali ini [Name] ingin istirahat, selain itu kadang permintaan mereka bisa dibilang diluar nalar..

Oleh karena itu sekarang [Name] berlari dari kejaran para temannya yang meminta tolong pada gadis yang bisa dibilang serba bisa itu. Kaki atletis milik [Name] membawanya masuk kedalam gedung utama, dan tanpa ia sadari, [Name] terus menaiki tangga. Mendengar murid-murid yang masih memanggilnya, rasanya [Name] ingin berteriak kesal mengingatkan mereka bahwa ia hanya manusia biasa yang senang menolong.

Ya tapi apa daya [Name] yang gak enakan ini?

Merasa sudah berlari cukup jauh, [Name] menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang,

"Ini mereka masih ngejar..?" gumam gadis bersurai oranye itu pelan. Memang tidak ada siapa-siapa saat [Name] menengok kebelakang, namun ia masih bisa mendengar panggilan para gerombolan murid itu. [Name] kemudian melihat sekitar, mencari tempat untuk bersembunyi, yang membuat pandangan sang gadis tertuju pada pintu rooftop yang tidak jauh dari tempat ia berdiri.

Setau gadis itu sih rooftop area yang dilarang, jadi harusnya mereka gak akan sampe ngikutin ke sana kan?

Ya jarang-jarang juga [Name] langgar aturan..

Setelah mengangguk mantap, [Name] berlari kecil agar tidak menimbulkan suara dari ketukan sepatunya pada lantai dan memasuki rooftop lalu menutup pintunya dengan perlahan. Ia kemudian bersembunyi dibalik pintu dan menempelkan telinganya pada pintu, berusaha untuk mendengar suara dari luar yang cukup samar.

"Ngapain?"

Tersentak kaget dengan suara yang tiba-tiba terdengar tepat ditelinganya, [Name] membalik badannya dan hendak melancarkan pukulan sebagai reflek, namun dengan cepat juga, sosok tersebut menahan lengan milik sang gadis,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Crazy Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang