Dia Lagi

6 1 3
                                    

Kepulan asap keluar dari bibir tipis milik pria berhidung mancung yang menyatu dengan hembusan angin yang menyapa di siang itu. Jam makan siang adalah waktu yang tepat untuk orang-orang beristirahat dan mengisi kembali tenaga yang sudah terkuras sejak pagi. Kantin-kantin yang ramai dengan kegiatan jual beli, taman kampus juga ramai dengan para mahasiswa/i yang tengah bersantai sembari menunggu jam kelas selanjutnya. Hal itu tentu sudah biasa di lingkungan kampus seperti ini. Pria berhidung tinggi itu tengah bersantai di taman kampus dengan bibir yang terus menghisap tembakau di tangannya. Ia tidak sendiri melainkan tengah bersama dengan 2 orang temannya yang juga melakukan hal yang sama dengan dirinya. Tak ada tawa yang terdengar dari perbincangan ketiga lelaki ini namun juga tidak terlalu serius, hanya sekedar basa-basi selagi menunggu kelas dan tembakau yang ada ditangan masing-masing habis. Hingga salah seorang diantaranya membuka mulutnya diantara kesunyian itu.

"Jek, malem ini ikut gue ya" ucap pria pemilik hidung tinggi.

"Lu bisa gak sih manggil nama gue yang bener. Bonyok gue mau ngasih nama gue mikirnya 9 bulan, lu dengan seenak jidat lu manggil gue jek. Nama gue Zack ya Z A C K"

"Dahlah sama aja, gue males manggil lu Zack enakan Jek"

"Kampret lu emang. Tapi emang mau kemana entar?" Tanya sang pemilik nama Zack.

"Ada panggilan manggung gue"

"Wihhhh, bokap lu kaya tapi tetep pekerja keras ya bung. Oke deh tapi minum lo yang bayar"

"Gampang"

Tembakau di tangannya telah padam, ia bergegas bangkit dan menuju gedung fakultasnya sebab masih ada kuliah yang harus ia hadiri siang itu.

🍒

Matahari mulai menyingsing ke arah barat ke tempat dimana ia akan beristirahat untuk semalaman. Areal kampus juga sudah mulai tak ada bising dari suara manusia kini telah tergantikan oleh suara-suara alam. Hanya terdapat beberapa mahasiswa serta tukang bersih-bersih yang terlihat tengah melaksanakan tugasnya. Pria tinggi semampai dengan kulit tan khas Indonesia tengah berada di areal parkir seraya menyenderkan tubuhnya pada salah satu mobil yang ada dengan tangan yang sibuk mengotak-atik telepon genggam miliknya. Tak sabar dengan mengotak-atik nya, ia pun mendekatkan telepon tersebut ke telinganya seraya mengucapkan beberapa kata yang nampak dari raut wajahnya bahwa ia tengah kesal dengan sesuatu. Telepon genggam itu pun berakhir dengan masuk ke dalam kantong celana yang dikenakannya. Netra nya tengah menatap lurus seperti tengah mencari keberadaan seseorang dan sepertinya ia juga tengah menunggu seseorang. Namun wajahnya berubah dari alis yang menyatu, bibir yang terus berdecih menjadi alis yang tenang serta bibir yang tersungging entah apa yang ia lihat namun sepertinya itu merubah suasana hatinya. Ia bergerak dari tempatnya berdiam diri menuju ke salah satu mahasiswi yang tengah berjalan sendirian menuju pintu keluar, nampaknya sang gadis akan segera pulang. Tanpa ba-bi-bu ia pun segera menyapa sang gadis.

"Halo Runa" iya Aruna, gadis yang ia lihat adalah Aruna teman sekelasnya waktu ia harus mengulang semester 1.

"Loh kak Aaron, ngapain disini kak?" Aruna terkejut akan kehadiran Aaron yang tiba-tiba itu.

"Iya ini lagi nunggu temen. Kok Runa sendirian temennya mana?"

"Ohhh itu temen gue udah pulang kak, kebetulan gak searah jadi pulangnya sendirian"

"Wah bahaya banget ni ada cewek cantik jalan sendirian magrib-magrib, entar di culik loh. Mau gue antar?"

"Eh e-enggak usah kak, gak usah gue udah biasa pulang sendiri kok. L-lagian apartemen gue deket"

"Gak bisa gak bisa namanya kejahatan gak tau jauh deketnya, udah ayo gue antar"

"Beneran gak usah kak, ini jalan kaki aja nyampe kok. Beneran dekat itu tu kelihatan kok gedungnya" ucap Aruna terlihat sedikit gugup sambil menunjuk-nunjuk gedung apartemennya.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang