"Menurut kalian, tiga tahun kedepan kita bakal jadi apa?"
Dibawah hamparan bintang kelap-kelip yang menghiasi dirgantara malam itu. Dengan semilir angin dingin yang diam-diam menyusup melewati lengan baju. Kumpulan lima remaja itu membentuk lingkaran. Kompak melingak begitu satu pernyataan mendadak di luncurkan.
Si pemberi pertanyaan menyisir pandangan, menatap teman-temannya satu persatu. Penasaran.
Seorang gadis berkacamata, dengan kucir kuda andalannya antusias mengangkat tangan mendahului teman-temannya yang masih merenung memikirkan jawaban.
"Gue duluan!" ujarnya semangat sekali.
Si pemberi pertanyaan menyilakan.
"Menurut gue, tiga tahun kedepan mungkin gue bakal jadi mahasiswa populer di universitas paling ternama. Jadi asdos juga, dan dapet kesempatan beasiswa buat ngelanjutin kuliah ke luar negeri." Senyum cerahnya terukir sempurna. Merasa puas sekali.
Seseorang terkekeh kecil. Si pemilik poni koma, mencibir, "Iyain."
"CK!" Si pemilik mimpi tadi—Mita berdecak sangsi. "Daripada ngetawain gue, gue mau denger versi Lo."
"Soal tiga tahun kedepan?" Si poni koma memulai. "Mungkin gue udah jadi karyawan di perusahaan Google. Punya persentase saham di PT Djarum. Kemudian.." sejenak ia menimang-nimang. "Mungkin gue juga punya kesempatan jadi atlet NBA."
Mereka ketawa.
"Anjir! Banyak banget!"
"Keren gokil banget!"
"Emang terkadang, mimpi itu harus tinggi banget." Si pemilik mimpi. Gio menepuk dadanya bangga. "Masalah jatuh nanti, kan kita bisa bangkit lagi?"
Mereka remaja.
Tidak takut apapun.
Karena mereka masih muda.
"Lagipula, nggak ada yang bisa menghalangi buat kita bermimpi tinggi kan?" Gio menambahkan.
Semuanya mengangguk.
Si pemilik pertanyaan di awal tadi menoleh pada satu lagi laki-laki paling tinggi diantara mereka.
"Lo, Ka?" tanyanya.
Rakha namanya. "Tiga tahun kedepan itu nggak ada yang bisa memprediksi kan? Gue nggak tau tiga tahun kedepan gue akan jadi apa."
"Halah, jangan terlalu realistis kali. Santai aja, bayangin aja keinginan Lo dan katakan." Mita memberi saran.
"Buat seru-seruan aja kok, Ka." Kali ini Gio setuju debgan Mita.
Akhirnya, Rakha mengangguk. "Kalau gue.. tiga tahun kedepan gue pingin jadi seorang programmer hebat. Bisa terjun ke dunia IT, dan semoga orang tua gue juga setuju akan hal itu."
Rakha dan mimpinya. Terdengar hebat.
Serentak, mereka menoleh kompak pada satu-satunya gadis yang sejak tadi diam saja. Hanya ikut mendengarkan.
Dia mendongak tinggi. Nampak sibuk mengamati satu persatu pijar cantik di langit yang kelabu. Kemudian mencari yang sinarnya paling terang, menandainya dengan gambaran jemari awang.
"Namanya Sirius."
Dia menoleh. Agak terkejut karena baru menyadari semua orang melihat kemari. Refleks, ia mengalihkan pandangan, pipinya bersemu merah salah tingkah.
"Giliran Lo, Na." Kata cowok pemberi pertanyaan.
"Gue.. harus ngomong apa?" Sanna agak panik karena merasa tersudutkan.
"Terserah." Mita tersenyum lebar. Menyentuh pundaknya lembut sekali. "Sesuka hati Lo aja, Sanna."
"Tiga tahun kedepan, gue harap gue dan semua orang yang gue kenal hidup bahagia dan sehat."
Hening.
Gio berkedip tidak percaya. "Hah? Udah gitu aja?"
Sanna menarik turunkan kepalanya. "Emangnya kenapa?"
Lelaki poni koma itu mendesah sangat kecewa. "Itu terlalu biasa, San! Kita butuh sesuatu yang luar biasa dan istimewa buat mimpi-mimpi kita."
"Itu nggak mudah loh."
Sanna menatapnya.
"Hidup bahagia dan sehat. Bukan sesuatu yang bisa direalisasikan semudah itu. Jadi menurut gue, itu udah luar biasa."
"Ya, tapi—"
Mita membekap mulut Gio agak bungkam.
"Sekarang giliran Lo, Deev!" Mita mempersiapkan.
Deev Refansa. Si pemilik pertanyaan.
Semua orang diam. Mendengarkan.
"Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Dan kita juga nggak tau apa yang terjadi setelah tiga tahun. Mungkin kita udah nggak bisa kesini setiap hari lagi. Memandang langit malam kaya gini lagi. Dan berkumpul tanpa harus janjian jauh-jauh hari lagi kaya gini. Tapi .. di tiga tahun itu, gue harap.. kita masih berteman. Bahkan nggak hanya tiga tahun. Hingga lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, Lima puluh tahun dan untuk tahun-tahun selanjutnya... Kita akan selalu jadi teman."
Dev mengakhiri jawabannya dengan sebuah senyum.
Namun ternyata..
Tiga tahun kemudian..
Ikatan pertemanan itu dihancurkan.
Oleh seseorang... diantara lima remaja itu sendiri. Sanna, Mita, Dev, Gio dan Rakha.
Ada penghianat diantara mereka.
Post: Selasa, 16 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Sanna
Teen Fiction"Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Dan kita juga nggak tau apa yang terjadi setelah tiga tahun. Mungkin kita udah nggak bisa kesini setiap hari lagi. Memandang langit malam kaya gini lagi. Dan berkumpul tanpa harus janjian jauh-jauh hari lagi ka...