Pertemuan

40 5 2
                                    

Malam itu seharusnya hari bahagia untuk Harsa, tapi ayah nya yang mengerikan itu justru membuat semuanya menjadi kacau.

"DASAR KAMU ANAK KURANG AJAR!"

Harsa terdiam, cukup terkejut dengan bentakan ayah nya itu, apalagi ia juga manahan malu karena kejadian ini di tonton oleh teman temannya.

"Mas udah, kamu gak kasihan sama Harsa? Ini hari ulang tahunnya loh" ucap ibu Harsa yang berusaha menahan amarah suaminya.

"Eoh? Kamu kasihan sama anak itu? Kamu gak salah?!" bentak Ayah Harsa sambil menunjuk kearah putra semata wayangnya yang menunduk dalam.

Teman teman Harsa mulai berbisik satu sama lain, ternyata selama ini mereka salah. Keluarga Tanaya tidak seperti apa yang ditampilkan di berita atau pun majalah yang selama ini mereka lihat.

"Om maaf kalau saya ikut campur, sebaiknya anda omongin masalah om sama Harsa secara baik baik. Gak enak dilihatin banyak orang" seorang teman Harsa berusaha melerai ketika melihat ibu Harsa yang mulai menangis.

"Bener mas, kamu omongin dulu baik baik sama Harsa" ucap Bintang selaku ibu dari Harsa.

Tuan Tanaya mengusap wajahnya kasar, bukankah ia terlalu berlebihan pada putranya itu?. Ia akui bahwa dirinya ini tempramental, bahkan beberapa hari yang lalu ia sempat memukul Harsa beserta istrinya karena masalah sepele.

"Sudahlah, lanjutkan saja acara menjijikkan ini" sarkas tuan Tanaya lalu bergegas pergi dari tempat perayaan ulangtahun putranya.

Bintang mendekat untuk mengusap rambut anaknya yang berkeringat, membuat Harsa menatap sendu ibunya.

"Lanjutin acaranya ya? Mama mau nusul ayah dulu. Maaf acaranya jadi berantakan" ucapnya lembut, lalu pergi menusul suaminya.

"Udah udah kita lanjutin aja acaranya, kita disini buat senang-senang kan?!" ucap seorang lelaki yang tadi sempat melerai Tuan Tanaya dan Harsa.

Lalu beberapa saat kemuadian, acara yang tadinya kacau sekarang sudah menjadi pesta yang menyenangkan kembali.

"Kenapa?" tanya Harsa.

Lelaki itu menoleh ke kanan dan ke kirinya lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Gue?"

Harsa menatap tajam lelaki dihadapan nya, ia benci dengan teman sekelasnya ini.

"Kenapa lo bantuin gue?" tanya Harsa lagi.

"Ya gue cuma bantuin temen, emang salah?" lelaki berpawakan tinggi dengan mata setajam serigala itu menatap teduh Harsa yang menahan amarahnya.

"Denger ya Juanda yang terhormat, gue gak butuh bantuan lo. Dan inget, kita itu gak level, ngerti?" sarkas Harsa mendorong Juanda dengan jarinya.

Juanda tidak terkejut dengan ucapan sarkas Harsa, sudah terlalu biasa mendengar banyak kata kata penghinaan darinya. Juanda marah? Juanda sakit hati? tentu, tapi semua yang dikatakan Harsa semua nya benar. Ia memang dari keluarga sederhana, yang tinggalnya pun masih menyewa rumah kontrakan. Diundang di acara seperti ini pun dia bersyukur, artinya ia masih diterima oleh teman-temannya.

"Aduh, gue pergi dulu ya sa ini Bunda gue ngechat disuruh pulang" pamit Juanda menepuk pundak Harsa dan berlari untuk cepat cepat sampai dirumah.

Harsa menatap nanar punggung Juanda yang semakin jauh, ia merasa sedikit berlebihan kali ini apalagi Juanda tadi sudah berbaik hati menolongnya.

"Maaf" hanya itu yang dapat Harsa katakan saat ini.

•••

Harsa Putra Tanaya

Harsa Putra Tanaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About 0104Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang