Sore itu, kala matahari mulai tenggelam, langit dipenuhi dengan warna-warna hangat yang menyapu horizon. Pepohonan meliuk lembut oleh sentuhan angin senja, dan udara terasa segar setelah seharian beraktivitas.
Valerie pun berjalan di pinggir trotoar dengan perasaan yang amat bahagia. Kantor Valerie, letaknya di pusat gedung pemerintahan yang menjulang tinggi di Jakarta. Butuh menaiki Transjakarta, untuk dapat sampai ke apartemennya.
Langit berwarna oranye keabuan menyambutnya dengan kegelapan lembut, memancarkan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kota.
Sampai di lantai delapan belas, unit apartemen kediamannya, Valerie melangkah masuk dengan derap kaki yang lelah, setelah menjalani rutinitas yang cukup memusingkan, di kantor. Valerie menekan kode pintu unitnya, yang merupakan tanggal lahir dari Jazz Romario, artis idola favoritnya. Lalu ia segera masuk ke dalam.
Valerie melepas sepatunya dan berjalan ke arah jendela besar. Memperlihatkan cakrawala sore menjelang malam hari, yang diam-diam menawarkan ketenangan. Sambil melihat ke luar, ia merenung tentang semua tantangan yang telah ia hadapi hari ini.
Deadline done. Laporan harian done. Request aneh dari client done. Should I have a small party tonight with my best friends? Gumam Valerie di dalam hatinya, seraya memandangi pemandangan malam yang cukup menakjubkan.
Benar, hari ini merupakan hari yang spesial bagi Valerie. Sebab hari ini, usianya genap menginjak, tiga puluh empat tahun. Memang bukan usia yang cukup muda lagi untuk melakukan hal-hal yang tidak penting di dalam hidupnya.
Valerie pun menghubungi Lala dan Rere, sahabat, sekaligus partner in crime-nya. Mereka bertiga, sama-sama memiliki idola untuk dijadikan sebagai penghilang penat dan motivasi hidup mereka. Namun, bedanya, Lala dan Rere sudah menikah dan sudah memiliki buah hati yang sangat menggemaskan. Tak sama halnya dengan Valerie, yang di dalam hidupnya, belum terpikir sedikit pun tentang pernikahan.
***
Tak lama kemudian, dering telepon Valerie pun menggema ke seisi ruangan tamunya, memecah keheningan. Tanda, bahwa Lala dan Rere pun, sudah berada di depan unit apartemen Valerie.
Valerie berlari, dan membuka pintunya dengan terburu-buru.
"Taraaaa! Surprise!" Teriak Lala dan Rere secara bersamaan, memberikan satu kejutan istimewa untuk Valerie, yang hari ini berulang tahun yang ketiga puluh empat.
"Happy birthday Val!" Ucap Lala seraya memeluk Valerie dengan erat. Kemudian bergantian dengan Rere, yang ikut memeluk Valerie dengan erat pula.
Valerie mempersilakan kedua sahabatnya untuk masuk ke dalam, dan duduk di sofa panjang, menikmati hidangan istimewa yang sudah Valerie pesan, seraya bercengkrama sejenak.
"Val, beneran lo nggak mau nikah?" Tanya Lala, memecah keheningan, yang diiringi dengan gelak tawa kecil dari Valerie.
"La, gue bukannya nggak mau nikah. Tapi jodohnya aja belum ada. Kalian tau banget kan, macem-macem cowok, hadir di kehidupan gue. Tapi semuanya nggak ada yang bener. Semuanya cuma manfaatin gue doang, bahkan ada yang kabur bawa uang di rekening gue. Sialan banget kan, tuh cowok!" Balas Valerie dengan ekspresinya yang sedikit kesal.
"Terus, hubungan lo, sama si Dean gimana? Dia masih kesel nggak, kalau lo masih suka pakai gantungan kunci si Jazz, di tas lo?" Sambung Rere.
"Iya, dia masih kesel. Bahkan waktu lagi jalan ke mall, dia nyuruh gue untuk lepasin gantungan kuncinya Jazz, dari tas gue. Dia malu gue kayak begitu. Katanya, gue kayak bocil alay. Padahal, nggak ada yang salah di diri gue, iya kan? Gue cuma mau dia ngertiin gue aja, udah itu doang," jelas Valerie semakin kesal.
"Ya udah, lo sabar aja ya Val." Rere mengelus lembut punggung Valerie, memberikan ketenangan kepada sabahatnya itu.
"Bener, masih ada gue, ada Rere, ada Jazz yang selalu nemenin hari-hari lo Val," lanjut Lala.
Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, berbagi cerita dan tawa. Peralihan suasana dari kesendirian menjadi keceriaan, membuat apartemen Valerie terasa lebih hidup. Lampu-lampu kecil yang terpasang di dinding, memberikan sentuhan hangat, pada percakapan mereka yang berlangsung seru.
"Eh ya Val, berapa banyak uang yang udah lo habisin untuk beli album barunya si Jazz?" Tanya Lala penasaran.
"Enam puluh tujuh juta, hehehe," jawab Valerie, sambil menyengir, menampakkan deretan giginya yang begitu rapi.
"Gila lo Val! Lo beneran masih habis-habisan ya untuk Jazz?" bola mata Lala terbelalak, ia sungguh tak percaya jika sahabatnya, masih mengeluarkan uang yang cukup banyak, demi seorang Jazz Romario.
"Val, mending lo tobat. Lo buruan nikah deh! Supaya uang lo habisnya nggak cuma ke Jazz doang," tutur Rere, yang ikut menggelengkan kepalanya juga, atas sikap Valerie yang seperti itu.
Valerie terus mengulas senyumannya, sambil menikmati hidangan camilan yang sudah disajikan.
"Gue nggak akan berhenti mengejar seorang Jazz Romario! Gue akan terus berusaha, supaya gue bisa dilihat sama dia. Kalian tau kan, gimana perjuangan gue, supaya gue bisa ketemu dan dilihat sama Jazz? Bahkan impian gue itu, menikah sama Jazz, hahaha. Gue mau dimanja dan disayang sama Jazz. Aduh, enak kali ya, kalau beneran jadi istrinya Jazz, pasti dia wangi banget deh," ungkap Valerie, yang tetap bersikeras pada pendiriannya.
"Aduh Val, jangan mimpi yang nggak-nggak deh lo!" tukas Lala, seraya menyeringai halus.
***
Valerie memutar lagu-lagu Jazz Romario dengan amat kencang di unit apartemennya. Ia berdiri, mengajak kedua sahabatnya untuk ikut bergoyang, menikmati lagu-lagu bernuansa kebahagiaan itu, bersamanya. Namun, kedua sahabatnya, enggan mengikuti Valerie.
"Bener-bener lo Val. Umur tiga puluh empat tahun, kayak masih umur empat belas tahun lo! Nggak habis pikir gue, sama sabahat gue yang satu ini," ujar Rere yang lagi-lagi menggelengkan kepalanya dengan halus, saat melihat tingkah kekanak-kanakan dari Valerie.
"Biar awet muda cuy!" Valerie terus bergoyang, bahkan langkah kakinya sepertinya sudah menembus hingga ke lantai bawah, unit apartemennya.
"Bae-bae lo Val. Bisa-bisa diusir dari apartemen, gara-gara diprotes sama orang yang tinggal di bawah lo!" Lala sudah tak bisa lagi memandangi sahabatnya yang konyol itu.
Valerie tidak peduli, ia terus menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan semangat. Bahkan peluhnya sudah membanjiri wajah dan tubuhnya.
Kemudian, ia berlari ke arah kamarnya, mengambil suatu benda yang sedikit menyala. Lalu, ia tunjukkan benda itu kepada Lala dan Rere.
"Apaan itu?" Lala bingung.
"Kacamata glow in the dark, hehehe," jawab Valerie, lagi-lagi dengan perasaan yang dipenuhi dengan kebahagiaan.
"M-maksud lo, lo bakalan pakai itu kacamata, di konsernya Jazz?" Tebak Rere.
"Yoi! Gue bakalan pakai ini, di konsernya Jazz besok, supaya Jazz, bisa lihat ke arah gue," jelas Valerie.
"Apa nggak berlebihan Val?" Lala memastikan lagi.
"Nggak dong. Namanya juga usaha," bisik Valerie, tepat di telinga Lala. "Usaha itu, nggak akan menghianati hasil, iya nggak?" sambungnya.
Kini, Lala dan Rere hanya saling berpandangan. Mereka benar-benar sudah tak dapat memberikan komentar banyak, kepada Valerie. Mereka menghargai usaha Valerie, yang ingin sekali dilihat oleh seorang Jazz Romario.
Lihat saja besok, apakah Valerie, sungguh akan dilihat oleh seorang Jazz Romario? Atau mungkin, ia akan diusir dari venue konser, sebab mengganggu kenyamanan Jazz atau pun penonton lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
Fiksi PenggemarUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...