ONE

32 3 0
                                    

“Banyak orang berkata bahwa cinta berawal dari sebuah hal manis.”

——Difanka Gadara——

•••

Bab 01 — HAL MANIS

[][][]

Mengagumi seseorang adalah hal yang mudah dilakukan oleh siapa saja. Baik laki-laki maupun perempuan.

Tapi bagaimana jadinya jika rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta?

Entahlah, Dara juga tidak mengerti mengapa dirinya terus menerus memikirkan laki-laki tadi.

Laki-laki yang baru saja menolongnya hingga sampai ke rumah saat ini.

Pulang sekolah tadi dirinya tidak dijemput oleh bundanya, alhasil ia memilih untuk berjalan menuju rumahnya karena tidak memiliki uang.

Karena hujan yang tiba-tiba turun, ia berteduh sebentar di gazebo sebuah gedung yang pagarnya terbuka lebar, tempat itu sangat sepi tapi masih terawat keadaannya, ukurannya juga tidak terlalu besar.

Setelah beberapa saat menunggu di sana, tidak sengaja ada satu laki-laki yang keluar dari gedung itu. Dara yang refleks menatapnya menjadi gelagapan sendiri, takut jika laki-laki itu akan berbuat yang macam-macam kepadanya.

Pikiran negatif itu segera ia hilangkan.

Dara dengan terburu-buru hendak beranjak untuk melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.

Tapi langkahnya terlalu lambat sehingga tubuhnya berhasil dihadang oleh—Dariel Reintara Skyler.

Laki-laki bernetra hazel dengan rambut acak-acakan, hoodie hitam serta ripped jeans yang dirinya kenakan—menambah kesan bad boy pada seorang Dariel.

Dara meneguk ludahnya kasar. Mencoba untuk tetap tenang, pasalnya saat ini detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

“Lo ... Siapa?” Tanya Dariel kepada gadis dihadapannya.

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, Dariel merendahkan sedikit tubuhnya yang lebih tinggi dari Dara.

Perlakuan Dariel tersebut membuatnya berangsur mundur, tidak tahu harus berbuat apa.

“Lo nyasar?”

“Kenapa bisa sampe main ke tempat kaya gini?”

Dara mengernyitkan dahinya bingung. Memangnya salah jika dia datang ke tempat itu? Atau jangan-jangan tempat itu adalah tempat yang berbahaya?

Dariel menaikkan satu alisnya. Menatap gadis berkacamata dengan rambut panjangnya yang menjuntai lurus. Cantik. Pikirnya.

Karena merasa geram tak kunjung mendapat jawaban, dengan sengaja Dariel menoel dua kali lengan Dara.

“Eh— Lo apa-apaan sih?! Main pegang-pegang gak jelas?!”
Dariel terkejut dengan reaksi gadis itu, padahal dirinya tidak berbuat hal lebih.

Ck! Makanya kalo ada orang tanya tuh dijawab! Bukannya malah nunduk!”
Dara tak terima dengan penuturan laki-laki itu barusan.

“Emang apa urusannya sama lo kalo gue nunduk, ha?!”

“Bahkan ya, tanah lebih enak dipandang daripada muka lo!”

“Jangan mentang-mentang ini tempat lo, lo jadi bisa seenaknya sama gu—”

Dariel memegang mulut Dara yang asik mengoceh dengan jari telunjuknya agar berhenti.

OUR COMFORT AREA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang