05. Berbagi Berkah

4.7K 438 7
                                    

Sepertinya Himawari harus mampu mengendalikan pikirannya sendiri, hampir jam sembilan malam ketika ia mengetuk pintu kamar Mentari dengan membawa sekantong besar cemilan aneka merek dan rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya Himawari harus mampu mengendalikan pikirannya sendiri, hampir jam sembilan malam ketika ia mengetuk pintu kamar Mentari dengan membawa sekantong besar cemilan aneka merek dan rasa.

Itu kerena selama bekerja tadi, pikirannya terus di kuasai oleh keinginan memakan semua cemilan itu, sehingga satu persatu muncul di atas meja tanpa bisa dicegah.

"Kakak khilaf lagi, bawa semuanya ke Sekolahmu besok, mau kau bagi atau jual terserah!" Ucapnya singkat saat Mentari membuka pintu dan menatapnya penuh tanya.

Tanpa menunggu respon, Mahi kembali ke kamarnya yang bersebelahan dengan Kamar adiknya dan dia langsung bergelung di kasur setelah meminum setengah liter air dari botol minum yang ia siapkan di samping ranjang.

🥨

"Mahi makan dulu, ini ibu siapkan teh dan gorengan, kamu pasti belum sarapan kan?" Tawar Bu RT yang bernama Rahmatia, dia adalah staf Kecamatan yang salah satu tugasnya adalah mengawasi pasukan orange di wilayahnya. Sedangkan suaminya selain jadi kepala RT, beliau bekerja sebagai ASN di salah satu BUMN. mereka hanya memiliki satu anak laki-laki yang beranjak remaja dan sekarang sedang menimba ilmu di pondok pesantren.

"Terima kasih Bu, tapi saya sudah sarapan di rumah, saya minum teh-nya saja" Mahi tidak bohong ia sudah sarapan telur rebus dan susu protein.

"Ya sudah silahkan! Badan kamu pegel gak? Biasanya kalau baru pertama kali kerja berat seperti ini, badan kayak habis digebukin, sakit semua, ibu dulu pernah coba menggantikan anggota yang ijin, besoknya malah ibu yang ijin" curhatan Ibu RT di akhiri dengan tawa lepasnya.

"Pegel banget bu, betis sama lengan saya kayak lagi dipasangi barbel lima kilo, tapi saya masih semangat kok"

"Harus itu, kalau kamu nyerah, Ibu bisa pusing cari anggota lagi, pekerjaan kayak gini sangat jarang ada yang mau, gengsi katanya"

Hanya sebentar keduanya berbincang, karena ibu-ibu yang lain sudah datang. Mereka semuanya menumpang mobil Bu RT untuk di antarkan ke lokasi tugas masing-masing.

🍗

Di hari kedua ini Mahi maaih merasa kesulitan itu dikarenakan kondisi badannya yang tidak fit, namun karena yakin ini adalah proses adaptasi, ia makin membulatkan tekadnya, karena menyerah sama saja dengan bunuh diri.

Meski lambat, gadis itu, tetap melanjutkan pekerjaannya dan mengatur jeda istirahat setiap 200 mater untuk minum. Setelah sudah separuh jalan dan handak beristirahat kembali. Mahi melihat seorang ibu dan dua orang anaknya yang masih kecil sedang tertidur di dalam gerobak yang di parkir di depan sebuah ruko.

Keadaan mereka cukup memprihatinkan dengan baju yang terlihat kotor serta tidur hanya beralaskan kardus tanpa ada penyangga kepala. Terlihat salah satu anak terbangun sambil memegangi perutnya. Ia menyembulkan kepalanya keluar ketika merasa ada seseorang di sekitar gerobaknya.

"Kamu lapar?" tanya Mahi langsung karena anak kecil itu terlihat memandangi botol yang dia pegang.

Bocah itu mengangguk tanpa mengatakan apapun tapi perhatiannya masih tertuju pada tangan Mahi.

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang