005. aksi turun jalan dan pengalaman pertama

197 30 16
                                    

--

"Selamat datang kepada teman-teman yang diterima menjadi staf magang BEM Fisip Padma. Semangat dalam mendedikasikan diri sebagai civitas muda berkualitas!"

Kak Anjani-Presma BEM Fisip-membuka acara dengan semangat muda yang menggelora. Semua orang bertepuk tangan, lalu menyuarakan slogan kebanggaan mereka.Welcoming party atau yang sering disebut acara penyambutan anggota magang dilaksanakan seminggu setelah pengumuman penerimaan.

Setelah acara pembukaan dan pengenalan para ketua anggota dan divisi masing-masing, lalu dilanjutkan dengan penjelasan singkat tentang organisasi tersebut, visi-misi, tugas proker, anggota yang menjabat, sampai saling berkenalan satu sama lain.

Aku dan Alfian di terima setelah melalui proses screening dan wawancara. Kami masuk ke Departemen Kewirausahaan bersama empat orang lainnya. Apa alasan yang melatarbelakangiku mendaftar dengan Alfian tentu berbeda.

Alfian punya rasa keingintahuan yang tinggi, terutama di bidang kewirausahaan. Semenjak ibunya membuka catering, ia selalu ingin belajar lebih lagi. Apalagi ia merasa punya jiwa kreatif dan inovatif. Berharap jika suatu hari ilmu-ilmu yang akan diperolehnya di lapangan bisa diimplementasikannya. Sedangkan aku tidak punya alasan dan bayangan lain selain men-googling jawaban yang kuperoleh.

"Apa alasan kamu memilih Departemen Kewirausahaan?" tanya salah seorang kakak tingkat yang mewawancaraiku.

"Selain berharap dan pengalaman berorganisasi, saya juga ingin mengasah soft skill dan hard skill saya khususnya di bidang kewirausahaan, Kak," jawabku terdengar sangat template. Aku memberanikan diri menatap lawan bicara yang saat itu masih menatap lembaran CV yang kuberikan saat mendaftar.

"Saya tahu kalau ada keharusan bagi mahasiswa baru untuk mengikuti organisasi. Dan saya lihat di sini ... kamu tidak punya pengalaman berorganisasi apa pun di sekolah. Lalu, apa kegiatan kamu selama ini. Mungkin pernah ikut les-les, atau kegiatan lainnya?"

Aku menggeleng pelan. Jangankan les, untuk membeli buku saja harus dicicil dulu. Untuk orang tua yang sibuk bekerja dan dari kalangan biasa sepertiku, mereka tak akan mungkin berpikiran jauh untuk memberikan les tambahan atau mencari dan mendukung minat bakat yang kumiliki. Aku tidak punya privillage itu. Ayah dan ibu bahkan tidak mempermasalahkan peringkat di kelas. Tujuan mereka hanya satu ... agar aku lulus pada Ujian Nasional.

"Tidak ada, Kak. Tetapi selain mengurusi semua pekerjaan rumah, saya juga biasanya membantu ibu berjualan di pasar."

Barulah kakak senior itu memberikan atensi penuh terhadap kehadiranku. "Jualan apa?"

"Pakaian, Kak. Awalnya ibu saya hanya penjaga toko. Alhamdulillah tiga tahun lalu sudah punya toko sendiri."

"Kamu sudah punya pengalaman yang cukup," ujarnya kala itu yang entah mengapa membuat aku pesimis untuk diterima. Namun siapa sangka, ada namaku di daftar peserta yang lolos menjadi staf magang. Entah apa yang menjadi pertimbangan. Hanya kakak senior itu dan Tuhan yang tahu.

Pertemuan pertama dihabiskan dengan pengenalan BEM Fisip dan tanggungjawabnya. Kegiatan selanjutnya akan diberikan kepada ketua divisi masing-masing. Untuk Divisi Kewirausahaan perlu melakukan rapat karena dua depan lagi akan mengadakan acara seminar 2019 yang berjudul 'The Importance of Entrepreneur For Young Generation.'

"Hari ini kuliah sampai jam berapa?" Alfian dan aku sering tidak sengaja bertemu dilingkungan kampus. Di perpustakaan, di taman, atau di kantin seperti ini.

"Jam dua," jawabku sembari memberikan lembaran uang ke pedagang cilok di kantin. "Oh, ya, Al. Aku boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa tuh?"

Eternal Sunshine (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang