06. Mengendalikan Pikiran

4.4K 425 3
                                    

Ungtunglah pada saat itu ada sekelompok siswa SMP yang melintas sehingga Mahi bisa terhindar dari godaan karena sekotak pizza segera ia pindah tangankan ke mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ungtunglah pada saat itu ada sekelompok siswa SMP yang melintas sehingga Mahi bisa terhindar dari godaan karena sekotak pizza segera ia pindah tangankan ke mereka.

Mahi mempercepat ayunan sapunya keinginan ngemilnya yang menggebu Ia alihkan pada pekerjaannya, dalam sebulan ini kemampuan dan kecepatannya sudah meningkat dengan pesat sehingga sudah menyamai ibu-ibu yang lain.

Pukul 08.00 pagi Gadis itu sudah sampai di rumah, seperti biasa ia akan langsung mandi dan setelahnya mengecek emailnya Apakah ada pekerjaan yang masuk. Gajinya sebagai tukang sapu jalanan hanya satu juta perbulan, itu hanya cukup untuk biaya listrik air internet dan uang SPP bulanan sekolah Mentari.

Untunglah paling tidak dia setidaknya menerima dua sampai tiga pekerjaan setiap minggunya dengan bayaran paling kecil Rp.300.000 per job. Uang itulah yang Mahi tabung untuk masa depan dirinya dan adiknya.

"Alhamdulillah ada job baru" serunya senang, ada yang memintanya menerjemahkan lima jurnal ilmiah dengan bayaran yang lumayan bahkan sang klien sudah panjar di depan. Dengan semangat Mahi-pun mulai mengerjakannya.

Jika sedang bekerja dengan konsentrasi tinggi seperti ini Mahi biasanya ditemani segelas minuman dan juga makanan manis. Pikiran tentang berbagai makanan dan minuman jenis itu silih berganti melintas di pikirannya tanpa sadar, sehingga setelah tiga jam berlalu dan Mahi memutuskan untuk beristirahat, ia sangat terkejut ketika menemukan meja di depannya telah penuh dengan semua makanan dan minuman yang ia pikirkan tadi.

"Ya Allah Apa yang harus kulakukan dengan semua makanan ini?" Ucapnya bingung, Dilema antara ingin menikmati dan menyingkirkan.

Diraihnya satu bungkus coklat kacang favoritnya yang sering menemani ia dikala bekerja sampai larut malam. Sudah lama sekali rasanya dia tidak merasakan lelehan coklat manis itu di mulutnya.

Ketika sedikit lagi jemarinya membuka bungkus coklat itu ingatan tentang kematian juga tangis pilu sang adik melintas sehingga Mahi reflek membuang coklat itu kembali ke atas meja.

"Ini hanya kesenangan sesaat yang akan menggiringku pada petaka, harga yang harus ku bayar terlalu mahal" gumamnya seraya memberaskan semua makanan dan minuman ringan itu.

Setelah semuanya berada dalam satu kantongan Mahi bergegas keluar dan mengunci pintu rumah, tanpa sungkan ia mendatangi tetangganya satu persatu lalu membagikan makanan dan minuman itu. Tentu saja mereka sangat senang apalagi bagi yang memiliki anak kecil.

Hal itu bukan pertama kalinya Mahi lakukan sehingga tidak heran lagi para tetangga menyambutnya dengan antusias. Meski baru sebulan menetap di lingkungan itu, hubungan Mahi sudah cukup dekat dengan mereka.

Ada sekitar setengah jam Mahi berada di luar rumah, itu dikarenakan kunjungannya diselingi dengan ngobrol singkat. Setelah kembali ke rumah gadis berdaster ungu itu kembali duduk di depan laptop, waktu sudah menunjukkan jam makan siang tapi ia memilih meneruskan pekerjaannya.

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang