Haii happy reading gaiss~
^_^Setelah selesai wawancara kini Zave, Toni dan Martha sudah berada dirumah atau lebih tepatnya berkumpul di ruang keluarga.
Toni dan Martha tengah membujuk anak sulung mereka agar mau mulai melanjutkan usaha mereka berdua pelan pelan dari sekarang.
Perdebatan mereka agak alot karena Zave yang kekeh tidak mau mengambil dua duanya sedangkan mereka hanya mau bisnisnya dilanjutkan oleh Zave.
Meski begitu akhirnya Zave setuju namun ia mengajukan sebuah syarat yang wajib dipenuhi oleh Toni dan Martha.
"Baiklah, tapi dengan satu syarat," ucap Zave
"Apa itu Zave? Sebutkan saja," ucap Martha
"Hm, sebutkanlah akan kami coba lakukan," ucap Toni
"Aku mau melanjutkan bisnis kalian jika-"
"-kalian menutup segala akses informasi mengenai Raka dari dunia luar. Jangan lagi menyebut namanya dimanapun kalian berada," ucap Zave lantang tanpa ragu sedikitpun.
Deg
BrukRaka yang baru saja kembali dari rumah sakit dan melewati ruang keluarga mendengar semua yang mereka bicarakan. Plastik obat yang ada ditangannya ikut terjatuh.
Ia masih ingat betul nama itu, Zave, itu nama kakaknya yang sudah beberapa tahun menghilang. Dan kini ia sudah kembali tidak dengan kabar bahagia malah meminta ia disembunyikan seperti bayangan. Ada tapi kehadiarannya jarang atau tidak pernah diperhatikan.
Entah mengapa rasanya sesak mendengar ucapan kakaknya. Padahal ia membenci Kakaknya tapi ia tetap merasa kecewa, sedih, marah dan tidak menyangka mendengar keinginan Kakaknya.
Dan tentu suara barang Raka yang terjatuh menarik atensi Zave, Toni dan Martha menoleh ke sumber suara. Mereka menatap Raka yang dengan pandangan berbeda beda.
Raka yang tersadar dari lamunannya lalu segera memungut obatnya yang berserakan kemudian pergi ke kamarnya dengan langkah tertatih.
Sampai dikamarnya ia langsung masuk dan menutup pintunya tak lupa mengunci pintu dari dalam. Ia terduduk lemas dibalik pintu. Tanganya bergetar hebat.
Bohong jika Raka tidak menaruh harapan pada sang kakak. Sejujurnya di hati kecil Raka, ia sangat berharap kakaknya datang dan membawanya pergi dari penyiksaan ini.
Tapi apa ini? Kakaknya malah mengharapkan ia dilupakan oleh orang tuanya bahkan dilupakan oleh dunia, seolah olah ia bukan bagian dari keluarga ini.
Nafasnya mulai tercekat. Dengan langkah bergetar ia berjalan mendekati nakas. Ia membuka laci nakas dengan terburu buru. Mengacak acak isinya mencari sesuatu.
Tangannya yang bergetar menyusahkan dia mencari sesuatu yang ia cari. Hingga ia akhirnya mengambil sebuah botol kecil dari dalam laci.
Dan ternyata isinya sebuah obat! Raka langsung meminumnya 3 tablet sekaligus tanpa air. Setelahnya tubuh Raka mulai tenang.
Ia menjatuhkan dirinya kekasur. Matanya menatap ke langit langit dengan pandangan kosong sebelum kegelapan melandanya.
____________________Malam harinya keluarga Toni makan malam bersama dimeja makan tanpa kehadiran putra bungsunya. Bahkan Toni maupun Martha tidak ada yang mencari atau sekedar mengkhawatirkan Raka.
Zave pun hanya makan dengan tenang. Ia malas bertanya keberadaan Raka kepada dua orang yang sedang makan bersamanya. Karena pasti kata kata yang akan muncul hanyalah sebuah cacian untuk Raka.
"Besok kamu ikut Papa ke kantor," ucap Toni
"Tidak tidak besok Zave ke agensi denganku," ucap Martha
"Cih, saya dulu yang berbicara dengan Zave,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelwis
RandomBrothership area Langsung baca aja gasih hehehe bingung mau gimana deskripsinya