35. See You When I See You

7K 529 51
                                    

Brugh

Tubuh kekar itu terjatuh begitu saja. Nico yang melihat terburu untuk menghampiri sang Tuan.

Yap benar, Markus yang pingsan. Sosok Pria satu anak itu kelelahan akibat terlalu cemas akan sang putra semata wayang, apalagi ditambah perutnya yang kosong sejak kemarin.

Mansion keluarga Martin jauh dari kata tenang dua hari kebelakang. Hilangnya sang Tuan Muda menggemparkan seisinya.

Herlambang yang tak pulang, Orion yang senantiasa mengurus perusahaan serta membantu pencarian Gama. Begitupula dengan Markus yang terus frustasi akan kehilangan sang Putra.

Tiga botol alkohol terpajang apik diatas meja, menemani sang Tuan dalam rasa cemas berlebihan. Inilah sebab Markus bisa pingsan.

Ryan dikejutkan akan kehadiran ranjang turun dari ambulance, dengan sang sahabat diatasnya. Raut Markus nampak memucat, menyiratkan seberapa lelah sosok sahabatnya.

"Huft, Dia hanya kelelahan. Sepertinya ini diluar rencana, sudahi permainan kalian. Aku tak tega melihatnya terbaring lemas." Ryan berujar setelah memeriksa sang Sahabat.

Didepannya sekarang berdiri sosok Orion dengan Nico disampingnya.

"Kasihan sekali. Kau benar Kak, Si Gideon 1 itu memang kelemahannya ada pada Gama. Sekarang Papah sedang menjemputnya.

■■■■■■■

Rasa pusing benar-benar terasa menyakitkan, membuat Markus beberapa kali menautkan keningnya. Tubuh besar nan kekar rasanya tak ada apa-apanya jika sekarang posisinya berbaring pada ranjang pesakitan.

"Sshhh." ringisnya memegang kepala dengan tangan kiri.

Netranya melihat bagaimana punggung telapak kiri yang memegang kepalanya, terdapat jarum infus menempel. Sebentar mengumpulkan nyawa dengan menetralisir rasa pusing yang terus mendera.

Akhirnya Markus merasakan. Sesuatu berat menindihi tubuh bagian kanannya. Diputarnya pandangan, hingga seketika membelalak melihat.

"Gama!!" serunya bangkit dari posisi berbaring, melupakan rasa pusing yang sempat meliputi kepalanya.

"Eugghh" ternyata lenguhan itu hadir dari sebuah keterkejutan teriakan sang Ayah.

"G-gama?" Markus mencoba meyakinkan pandangannya.

Sebuah senyum terbit menyambut, bahkan posisi berbaring anak itu kini mulai terduduk.

"SELAMAT ULANG TAHUN AYAH!!!" seru Gamavin membuka lebar tangan, berhambur pergi memeluk tubuh Pria didepannya.

Markus membeku. Berusaha memahami situasi. Tubuhnya kaku. Bahkan tak berani bergerak seincipun.

Herlambang yang senantiasa duduk pada sofa terkekeh ringan, berjalan mendekat kearah dua orang diatas ranjang.

"Selamat Ulang Tahun, Nak." kecupnya pada surai sang Putra.

"Pah....ini m-maksudnya apa, t-tunggu...m-maksudnya bagaimana bisa?"

Markus benar-benar gagap dalam bicaranya. Bingung akan situasi sekarang, netranya menghasap Herlambang. Seakan meminta jawaban pada sang Ayah.

"Hahahahha, selamat ulang tahun, Kak!" Orion turut mendekat, duduk pada ujung ranjang. Markus semakin mengerutkan keningnya.

"P-pah?"

"Ini semua ide Gama, Kak. Setelah Papah ngasih tahu kalau beberapa hari lagi ulang tahun Ayahnya, ni bocah ngide kasih kejutan." Orion berusaha menjelaskan kebingungan Kakaknya

"Ha? Gimana?"

"Ishh! IT'S PRANK AYAHHHHH.......Selamat, Ayah kena prank. Dadah dulu ke kamera." Gamavin berujar riang, bahkan memperagakan lambaian tangan yang entah mengarah kemana.

Gamavin and The Martin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang