18. RIUH

9 1 0
                                    

Jeno merebahkan tubuhnya dikasur, baru saja laki-laki itu sampai diapartemennya dan mulai memejam kan matanya. Tiba -tiba bendah pipih itu berdering, Jeno merongah saku celananya, salah satu anak kedai menelponnya, Nadin.

"Halo, Nad"ucap Jeno.

"Selamat malam pak, maaf menganggu waktu istirahatnya. Pak, kami anak kedai tolong bantuan bapak ya? Bisa kan pak?"ucap suara Nadin bergetar.

"Ada apa, Nad?"

"Nasafa, pak...."

Tubuh Jeno langsung terbangun mendengar pembicaraan Nadin, Jeno binggung apakah ia harus senang atau sedih? Senang karena Nasafa tidak akan bertemu dengan Kalim lagi dan Jihan akan berhenti menganggunya, atau harus sedih karena Nasafa kehilangan mata pencariannya.

Tentu bukan Jeno jika tidak nekat, laki-laki itu bergegas keluar rumah. Dan benar, gadis itu sudah berjalan terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

Kekhawatiran yang ia bawa dari apart hancur dengan satu nama, Kalim. Kenapa selalu, Kalim? Kenapa selalu saja hal yang tidak ada yang kamu cari, Na?

Lirih, pedih sekali. Tapi tentu itu adalah resikonya, konsekuensi jatuh hati. Karena ketika kita sudah siap jatuh hati, maka kita juga harus siap dengan segala ketidakmungkinan berikutnya, memilikinya salah satunya.

Jeno pun tahu, jika ia bahas masalah ini tentu Nasafa akan menghalanginya untuk bertemu kakak perempuannya itu, Jihan. Setelah mengantar Nasafa pulang, Jeno dengan tekanan penuh bergegas menuju kedai.

Jeno menarik tangan Jihan ruangan pribadi.

"Sakit, Jeno! Lo gila ya!"ucap Jihan marah.

"Lo yang gila tau gak, masa lo ngeberhentiin orang cuma karena dia ga sengaja numpahin minuman dibaju lo?!"ujar Jeno meninggi.

"Ga ngotak tau gak!"lanjutnya.

"Lo kalo gatau apa-apa mending diem!"ucap Jihan sembari menunjuk Jeno.

"Lo emang nenek lampir, egois! Murahan tau gak! Anak kecil! Perempuan gila! Stress looo!"

PLAKKK...

Pipi laki-laki itu sudah memerah, "Kenapa, ga terima? Itu belum ada apa apanya dibanding perlakuan lo ke Nasafa ya!"

"Kak, denger ya. Kalo lo gabisa menghargain orang lain,gak bisa menghargai hak milik orang lain, selamanya hidup lo gabakal bahagia. Orang-orang yang ada dihidup lo gabakal hidup tenang!"jelas Jeno.

Laki laki itu membanting pintu ruangan Jihan. Mata Jihan memerah, tangannya mengepal kesal.

"AAAAA NASAFA ANJ"teriak Jihan.

✧✧

Satu minggu sudah berlalu, cuaca malam ini cerah sekali bintang bertebaran dan bulan bersinar terang. Tidak ada yang berubah dari gadis itu, selama tujuh hari ia hanya berdiam diri dirumah saja.

Malam itu, Nasafa sedang mengaduk tehnya sembari mendengarkan musik dengan playlist favoritnya; sparks.

Malam itu, Nasafa sedang mengaduk tehnya sembari mendengarkan musik dengan playlist favoritnya; sparks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nasafa KalimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang