Pt. 40

1.6K 220 26
                                    

Cast :
Lee Haechan
Jung Jeno

Genre : Historical, Drama

Rated : G

WARNING : JIKA TIDAK MENYUKAI CERITA INI DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR DARI SINI TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR KEBENCIAN! TERIMA KASIH

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Selir Lee baru saja ingin menyapa Yang Mulia Ratu di paviliunnya namun segera menghentikan langkahnya saat didepan sana dia melihat Ratu tengah mengobrol santai dengan Raja. Dapat ia lihat juga saat ini Raja tengah mengusap perut buncit Ratu.

Sepertinya mereka sedang mengajak calon Putera Mahkota mengobrol seperti permintaanya kemarin malam pada Raja. Beberapa kali keduanya terkekeh pelan dan saling melemparkan candaan, meskipun Haechan tidak dapat mendengar percakapan keduanya. Namun Haechan sangat yakin jika Raja sangat bahagia mengetahui perkembangan calon bayinya itu.

Melihat keintiman keduanya membuat mereka terlihat seperti pasangan bahagia yang tengah menantikan kelahiran anak pertamanya.

Haechan tersenyum manis.

"Se-Selir Lee." Dayang Kim entah kenapa dia merasa kasihan dengan Selir Lee yang hanya terpaku ditempatnya.

Haechan tersadar, "Ya.. Ayo kita pergi dari sini."

Tanpa babibu lagi, Haechan segera berjalan memutar balik meninggalkan sepasang suami-isteri itu sebelum mereka menyadari kehadirannya.

Sedangkan Dayang Kim hanya mengikuti Selir Lee, dia merasa sangat sedih melihat tuan-nya. Walaupun dia sangat yakin kalau Selir Lee akan bilang kalau dia baik-baik saja, tapi Dayang Kim tahu jika Selir Lee pasti cemburu melihatnya.

Setelah mereka berjalan cukup jauh meninggalkan paviliun Bulan Malam, Selir Lee berucap pada Dayang Kim. "Bukankah mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia?"

Dayang Kim yang mendengar itu tidak tahu harus menjawab dan merespon seperti apa.

"Mungkin seandainya Yang Mulia Raja tidak bertemu denganku, dia akan hidup bahagia seperti ini." Lanjutnya.

Dayang buru-buru menggelengkan kepalanya. "Itu tidak benar, Selir Lee. Sebelum Yang Mulia Raja bertemu denganmu, kehidupan Raja sama sekali tidak ada kebahagiaan. Bahkan Yang Mulia sangat dingin pada siapapun, termasuk pada mendiang Ratu Choi."

Selir Lee menengok pada Dayang Kim, "Benarkah sedingin itu?"

"Ya sungguh, ibuku adalah seorang dayang dari Raja terdahulu, dia bercerita bagaimana Raja Jeno sangat terpukul atas kematian Raja Minhyung yang tewas dimedan perang. Yang membuat Raja menjadi sangat pendiam. dan pemurung. Raja tidak pernah tersenyum sedikitpun semenjak itu."

"..." Selir Lee mendengarkan cerita Dayang Kim dengan seksama.

"Justru karna kehadiran Selir Lee lah yang telah membuat Yang Mulia Raja mulai membuka dirinya kembali."

"Mungkin kau benar."

"Tentu saja benar. Jika Yang Mulia tidak bertemu dengan Selir Lee mungkin sampai kapanpun Yang Mulia Raja tidak akan pernah seperti ini. Sesungguhnya aku juga sangat bahagia bisa bertemu dengan Selir Lee, diantara tuanku yang lain, hanya Selir Lee yang memperlakukanku dengan sangat baik dan menganggapku layaknya manusia."

"Dayang Kim."

"Sungguh! Karena biasanya mereka menganggapku hanya sebagai budak. Mereka tidak benar-benar peduli padaku."

Selir Lee memberikan senyuman hangat terbaiknya pada Dayang Kim, lalu meraih tangan gadis itu. "Justru aku lah yang harusnya berterima kasih padamu. Sejak kehadiranku disini, hanya kau lah yang selalu ada untukku. Bahkan disaat yang lain menghina dan mencemoohku, hanya kau yang tetap bersamaku. Terima kasih.."

Mata Dayang Kim seketika berkaca-kaca. Hatinya benar-benar menghangat mendengar perkataan Selir Lee.

"Yasudah ayo bantu aku masak untuk makan siang. Aku akan membuatkan sup daging kesukaanmu."

"Benarkah?!!" Mendengar kata Sup Daging membuat Dayang Kim kegirangan.

"Ayo.."

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Dayang Kim membantu pelayan menyiapkan makanan yang sudah disiapkan oleh Selir Lee dimeja makan.

"Tolong bawakan teh yang biasa aku buat. Udara disini cukup dingin, teh itu mampu untuk menghangatkan tubuh." Suruhnya pada Dayang Kim.

"Baik Selir Lee."

Disana, digazebo tempat biasa Selir Lee beristirahat sambil membaca buku, sudah beralih fungsi menjadi tempat untuk makan siang mereka hari ini.

Meja pendek berukuran sedang sudah terisi penuh dengan berbagai jenis makanan yang dibuat sendiri oleh Selir Lee.

"Kau memasak semua ini sendiri?" Tanya Ratu dengan mata berbinar menatap makanan-makanan lezat itu.

"Tidak, ada Dayang Kim yang membantuku." Jawab Haechan.

"Hamba hanya membantu mencuci dan memotong sayuran, Yang Mulia." Jawab Dayang Kim yang baru datang dengan membawa nampan berisi teko dan cangkir teh.

"Sudah kuduga." Timpal Ratu.

Selir Lee meraih sumpit dan mengambil sepotong daging lalu diletakan diatas mangkuk nasi milik Yang Mulia Raja.

"Yang Mulia, silahkan dinikmati." -Selir Lee-

Raja Jeno tersenyum, "Terima kasih.."

Setelahnya Selir Lee bergantian mengambilkan daging itu untuk Ratu. "Yang Mulia Ratu juga harus makan. Aku dengar semenjak hamil Yang Mulia sangat sulit menerima beberapa makanan. Jadi aku mencoba membuatkan menu makanan lain yang mungkin sesuai dengan selera Yang Mulia.

"Kau benar, perutku sering lapar tapi banyak makanan yang tidak bisa kuterima dengan baik." Jawab Ratu Heejin sambil mengusap perut buncitnya.

Memang semenjak hamil beberpa bulan ini Yang Mulia tidak bisa makan dengan lahap. Entah dia merasa semua makanan itu tidak sesuai seleranya, bahkan pernah sekali dia mengeluh kalau makananya berbau seperti telur busuk.

Dan itu benar-benar membuat koki istana menjadi frustasi. Setiap waktunya makan, sang koki harus memutar otak mencari menu baru tiap kali Ratu menolak masakannya.

"Yang Mulia cobalah dulu."

Setelah mendapatkan ijin dari Raja Jeno, Ratu Heejin mencomot daging yang tadi diberikan Selir Lee. Lalu memakannya dengan perlahan.

Mereka memperhatikan respon Ratu Heejin setelah memakannya, takut jika Ratu kembali memuntahkan makanannya seperti biasanya.

"Ini enak." Ucap Ratu Heejin setelah menelan seluruhnya daging yang ia kunyah tadi.

Senyum lega tergambar diwajah Haechan dan Raja Jeno.

"Benarkah?" Tanya Haechan.

Ratu Heejin mengangguk yakin, dan kembali memakan daging itu lagi.

"Makanlah dengan lahap." Ucap Raja Jeno.

"Ye Yang Mulia." Ratu Heejin menyantap masakan Selir Lee dengan lahap.

Raja Jeno mengambil lauk dan meletakannya diatas mangkuk nasi milik Selir Lee. "Kau juga makanlah."

Haechan mengangguk dan ikut memakannya.

Raja Jeno dan kedua isteri-nya menikmati makan siang dengan hikmat. Sambil sesekali bergurau dan bercanda.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"Aku ingin kau memperhatikan semua gerak geriknya."

"Baik"

"Laporkan semua yang dia lakukan, apapun itu. Dan kau harus berhati-hati, jangan sampai ada yang mengenalimu sedang mengintainya."

"Aku mengerti."

.
.
.
.
.

Sang Musisi [NoHyuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang