Chapter 14

212 33 30
                                    

Apakah aku akan berakhir seperti Ayah?
𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓪𝓼𝓽 𝓛𝓮𝓽𝓽𝓮𝓻

Apakah aku akan berakhir seperti Ayah? 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓪𝓼𝓽 𝓛𝓮𝓽𝓽𝓮𝓻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





✧༺♥༻✧






Jaehan menutup buku catatan nya saat Yechan memasuki kamar. Ia tersenyum saat Yechan menghampirinya.

"Belum tidur sayang?"

"Menunggu mu? Mau ku siapkan air hangat?"

"Tak perlu. Hyung buatkan aku teh hangat saja, bagaimana?"

Jaehan mengangguk setuju. Jelas dia sangat senang kalau Yechan menginginkan sesuatu.

"Setelah menyiapkan piyama mu aku akan buatkan teh hangat"

"Umm.. Gomawo hyung"

Jaehan mengangguk sambil tersenyum. Indah sekali, senyum yang selalu Yechan rindukan.

.
.

Cukup lama Jaehan berpikir sebelum akhirnya memasukan bubuk putih kedalam minuman teh hangat yang sedang ia buat. Sesuai permintaan kekasihnya tadi.

Membawa minuman hangat itu untuk Yechan yang sedang bersiap. Sampai di kamar, Jaehan melihat Yechan yang hanya mengenakan handuk, menutup bagian bawahnya.

Yechan menoleh dan tersenyum.

"Wahh hyung sudah selesai membuatkan teh nya ya"

"Humm dan kau belum berpakaian"

"Hehe maaf hyung. Sebentar aku sedang memilih piyama untuk malam ini"

Mendengar itu Jaehan mengeratkan pegangan tangannya pada gelas hangat berisi teh itu.

Sekilas mengingat sesuatu yang baru saja ia lupakan.

Menyiapkan piyama untuk kekasihnya. Lagi lagi hal kecil seperti itu ia lupakan.

"Y-yechanie"

"Tak apa hyung. Tunggu sebentar aku berpakaian dulu ya"

Jaehan melangkah menuju kasur, duduk dan meletakan gelas itu di nakas. Mengusap wajahnya, berat. Selalu menyakitkan melihat Yechan yang tetap tersenyum padanya.

Shin Yechan kau terlalu baik untuk ku.

"Aku sudah tampan, apa aku sudah boleh meminum teh ku"

Jaehan menoleh, dia tertawa pelan.

"Tentu saja Tuan Tampan, silahkan"

Dengan senyum sumringah Yechan menerima segelas teh itu.

Menyeruput nya, pelan. Namun senyumnya sedikit memudar.

Asin.

Meski sempat tertahan karena tenggorokannya tak benar-benar menerima, Yechan tetap menelannya.

"Terimakasih hyung"

Jaehan tersenyum. "Sama sama"

"Dihabiskan ya lalu kita tidur, kau pasti lelah" Ujar Jaehan sambil terus tersenyum.

Yechan sedikit tercekat namun tetap menurutinya. Ia menekan gelas hangat itu saat berusaha menghabiskan seluruhnya.

Menahan rasa Asin yang terasa begitu menyeramkan. Membuat lidahnya getir, meronta untuk tidak dipaksakan. Namun hal itu tak mungkin ia lakukan, ia tak ingin menyakiti perasaan Jaehan.

"Gomawo hyung"






***







Hari ini Jaehan akan bertemu Sebin. Namun Yechan melarang mereka untuk pergi keluar. Berkeliaran di luar seperti yang minggu lalu Jaehan pergi bersama Yechan maksudnya. Jadi sepertinya hari ini Jaehan akan berkunjung ke rumah Sebin. Kebetulan Sebin sedang libur dan selama mereka kenal Jaehan juga belum pernah berkunjung ke rumah sahabat dekatnya di kantor itu.

Sebin menjemput ke rumah Yechan, cukup terkejut melihat bagaimana megahnya mansion itu. Shin Yechan benar-benar Tuan Muda ternyata. Memang dengar-dengar sih Yechan putra dari seorang chaebol. Tapi Sebin tidak tau bidang apa yang dipegang keluarga kekasih sahabatnya itu. Sepertinya benar-benar se kaya itu, rumah nya saja sebesar ini.

Sebin tak menunggu terlalu lama, Jaehan sudah keluar dari rumah Yechan dan akhirnya mereka berangkat menuju rumahnya. Tiba-tiba saja dia jadi minder, takut Jaehan akan merasa tidak nyaman karena rumahnya tidak semegah milik keluarga Yechan. Padahal dia tau tidak mungkin, karena aslinya Jaehan orang yang sangat sederhana.

Sampai di rumah Sebin tak lupa Jaehan langsung memberi kabar pada Yechan. Lalu mulai mengikuti Sebin yang mengajaknya memasuki rumahnya lebih dalam.

"Hyung mau di luar saja atau dikamar ku?"

"Umm disitu, apa boleh?" Jaehan menunjuk area kolam renang, dia bisa lihat juga ada area terbuka yang tidak terlalu besar namun terlihat indah karena ada beberapa tanaman bunga dan rerumputan bersih.

Sebin tersenyum lalu mengangguk. "Tentu saja boleh hyung"

Mereka pun berjalan menuju tempat itu. Sebin mempersilahkan Jaehan duduk di kursi yang sudah di lengkapi meja untuk bersantai.

"Tunggu sebentar aku minta disiapkan minuman dan camilan ya hyung"

"Ungg, maaf merepotkan Sebinie"

"Tidak kok. Yasudah tunggu sebentar ya Hyung"

.
.

Hampir 10 menit Sebin pergi namun belum kembali, Jaehan bangkit dari duduknya karena sedikit bosan. Ia memilih berkeliling melihat-lihat sekitar.

Membalikan tubuhnya melihat bagian dalam rumah Sebin tempat tadi ia berdiri dan melihat taman belakang ini.

Namun ada sekitar lima orang berpakaian hitam baru saja lewat sambil bersanda gurau, tertawa dan mengobrol seperti tak memiliki masalah. Berbeda dengan Jaehan yang menatap salah satu dari mereka dengan pandangan tercekat.

Meremas erat jemarinya dan sedikit gemetar.

"Orang itu"



















Tbc.

🥺

✔The Last Letter - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang