Part 28

96 5 0
                                    

Baby menatap nanar layar handphone nya, dimana dilayar handphone nya kini menampilkan feeds instagram adik tirinya. Siapa lagi kalau bukan Cici.

Setelah berperang batin, akhirnya baby mencari tau tentang sosok yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

Sisi egois Baby merasa terusik ketika dua minggu ini orang yang yang mengaku ibu kandung nya, tidak kunjung mengunjunginya sejak pertemuan terakhir.

Ia tau pertemuan terakhir mereka sangat tidak baik, tapi bukankah wanita itu seharusnya harus berusaha lebih keras untuk meluluhkan hatinya?

"Cuma segitu aja perjuangan lo? Katanya rindu katanya sayang, gitu aja udah nyerah"

Baby kembali menggulirkan feeds instagram itu ke bawah hingga kini menampilkan potret Cici yang sedang merayakan ulang tahun.

Di foto itu Cici lagi berulang tahun yang ke-16 tahun. Disana ia tersenyum ceria sambil memegang kue.

Baby menggeser kesamping, seketika Baby merasakan hatinya seperti dicubit kala melihat potret dimana Cici yang berada di tengah-tengah dan disamping kanan kirinya ada papi dan mami nya yang mencium pipinya.

Sadar apa yang baru saja ia lakukan, Baby langsung melemparkan handphone nya asal ke sisi ranjang. Bangkit dari posisi rebahannya, ia mengusak wajah kasar.

"Gila kali ngapain gue nyari-nyari info tentang dia. Enggak! Gue nggak berharap dia nemuin gue lagi. Hidup gue udah enak sama daddy tanpa dia. Dia bukan apa-apa di hidup gue, dia cuma orang asing yang ngaku-ngaku jadi ibu kandung gue" Monolog Baby dengan dirinya sendiri.

"Gue nggak sakit hati liat dia punya keluarga. Gue juga punya daddy yang sayang sama gue"

Baby terus meyakinkan dirinya, bahwa ia tidak butuh sosok Mira di dalam hidupnya.

Sepanjang hidupnya Baby tidak pernah berpikir untuk mempunyai ibu lagi. Sejak sang daddy mengatakan jika ibu nya sudah meninggal saat melahirkan nya. Ia langsung percaya.

Tapi faktanya berbeda, kini sosok yang tidak pernah ia harapkan kehadirannya datang kepadanya. Dan Baby terusik dengan hal itu, ia benci sama Mira yang sudah mengusik hatinya.

"Gue nggak punya ibu, ibu gue udah meninggal"

Tok tok tok

Baby menatap pintu kamarnya yang kini dibuka sama Arlan, daddy nya.

Arlan dengan senyum teduhnya menghampiri sang putri yang duduk di tengah ranjang.

"Ngomong sama siapa tadi?" Ucap pria paruh baya itu usai duduk di pinggir ranjang.

"Gak ngomong sama siapa-siapa dad"

"Loh! Tapi tadi daddy kayak dengar suara kamu" ucap Arlan lagi mengerutkan keningnya.

"Daddy salah dengar kali" ngeles Baby.

Ia berjalan dengan lutut sebagai tumpuannya menghampiri sang daddy dan memeluk lengan pria yang sangat disayanginya ini.

"Baby sayang sama daddy"

Arlan sedikit kaget sama ucapan putrinya namun hanya sesaat. Sedetik kemudian ia sudah mengusap lembut rambut milik Baby.

"Daddy juga sayang sama kamu" ucap Arlan lembut.

"Baby gak butuh orang lain, Baby cuma butuh daddy sebagai orangtua Baby" ucap baby dengan suara teredam di lengan Arlan.

Namun Arlan masih bisa mendengar semua itu dengan jelas. Ia paham sama apa yang diucapkan putrinya.

Arlan tersenyum lembut mendengar penuturan anaknya, namun juga ia merasa bersalah dalam waktu bersamaan.

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang