Two

251 29 14
                                    

2 jam setelah menutup mata, Maikha kembali bangun karena ibu hamil yang ia observasi dini hari sudah siap akan bersalin. Sesuai prediksi, semoga lancar dan ibunya dapat meneran dengan baik.

Maikha tidak melakukan banyak hal di sana, ia berdiri sedikit jauh dari ranjang bersalin dan akan siap sedia jika diminta tolong apapun oleh bidan. Lagi pula disana juga sudah ramai. Ada 2 orang bidan senior dan Salwa, dek siswa kebidanan. Mungkin Maikha nanti bisa membantu pemeriksaan bayi baru lahir bersama bidan.

"Iya ibu, bagus. Rambutnya sudah kelihantan ini. Tarik nafas, teran...."

Tak lama dari itu, mulai dari kepala, bahu, punggung, bokong, dan kaki bayi lahir diikuti dengan tangis kencang bayi. Semua yang ada disana mengucap syukur. Bayi perempuan itu merintih di dada ibunya sembari mencari kehangatan dan aroma dari sumber makanannya, ASI.

Setelah hampir 1 jam, IMD berhasil dan dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.

"Berat badannya 2800 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm dan lingkar dada 33 cm, tolong di catat ya Mai, takut kakak lupa," ujar kakak bidan.

"Iya kak,"

"Mai, ini tinggal dipakein baju dan bedong, bisa kan?" Tanya kakak bidan karena ia akan membantu bidan yang sedang menangani ibu bayi ini melakukan heacting perineum.

"Fiks sih, ini tinggal cari suami," gumam Maikha sembari membedong bayi. Beginilah Maikha jika sudah lelah, pikiran akan kemana saja. Ia merasa bangga karena belum punya anak tetapi sudah bisa memakaikan baju dan bedong bayi.

Selesai urusan ibu dan bayi, Maikha keluar dari ruang VK dan menuju ruang jaga VK. Mengemaskan barangnya dan bersiap untuk pulang.

"Mai, ini punya lo." Irene menyerahkan sebuah kantong.

"Wahh makanan, makasih ya Ren, baik banget. Btw dalam rangka apa nih?" Namanya anak kost jika diberi makanan bagaikan mendapat harta karun.

Irene mengernyit, "Loh, bukan dari gue. Ini lo yang pesan kan? Tadi bapak gofood-nya bilang nama lo."

"Gue gak pesen makan kok, hp aja gue changer, ini." Maikha menunjuk ponselnya yang masuh tersambung ke changer dan listrik.

"Benar kok, gue gak salah dengar. Orang bapak gofood-nya bilang atas nama Maikha Artalia Baktiadi. Nih, di struk belanjanya juga ada nama lo.

Maikha menyudahi mengisi baterai ponselnya dan membukanya, barangkali ada petunjuk ynag bisa ia dapatkan mengenai makanan misterius ini. Tapi hasilnya nihil, hanya ada pesan dari mama dan papanya yang menanyakan kabar.

"Sini, kasi gue aja kalau lo takut." Irene bersiap untuk merampas kantong tersebut dari tangan Maikha, namun dengan kilat Maikha menjauhkan dari jangkauannya.

"Enak aja, rezeki ini. Gue mau pulang, aplusan dulu kita, sini," titah Maikha pada Irene dengan tangan memegang buku laporan.

***

"Ini siapa coba yang ngasi gue sarapan," ujar Maikha sembari menatap bubur yang terlihat lezat. Diatas bubur terdapat suwiran ayam, kacang kedelai, cakwe, bawang goreng, di kantong lain juga ada kuah kuning dan kerupuk emping,

Maikha bingung akan memakannya atau tidak. Jika tidak, sayang sekali. Tapi jika dimakan, takut terkena pelet.

Akhirnya Maikha memutuskan untuk membersihkan diri sambil memikirkan apakah harus melenyapkan bubur ayam itu ke lambung atau ke tong sampah.

Seusai berpakaian dan merapikan sedikit buku dan kertas yang berserakan di atas meja akhirnya Maikha memutuskan untuk memakan bubur tersebut. Membaca doa panjang supaya terhindar dari mara bahaya.

Bukan Halo DekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang