“melupakanmu tak semudah mengenalmu.“
"siapa sih, orang yang di maksud si Yordhan itu? dan--darimana dia tau, kalau Gus Fachrul sedang dekat dengan seorang perempuan?" pertanyaan demi pertanyaan Ustadz Reza lontarkan. ia benar-benar dibuat bingung saat ini.
Ustadz Zaki mengedikkan bahunya acuh. ia juga sama bingung nya. tapi, ia tidak tau, harus berbuat apa. masa iya, ia harus komunikasi sama Teman Gaib nya Ustadz Imam, hanya untuk menemukan jawabannya? "ana juga nggak tau. apa kita harus komunikasi sama dia dulu, untuk menanyakan apa maksud dari setiap perkataan nya, dan--siapa perempuan yang dimaksud olehnya?"
"ogah ah! males. ente tau sendiri lah, seberapa takutnya ana sama hal-hal yang kayak gituan."
"ya, dilawan lah, rasa takutnya. gimana sih!"
"nggak nggak. kalau ente mau komunikasi sama dia Zak, jangan ngajak-ngajak ana! ana penakut orangnya!"
Ustadz Zaki memutar bola matanya jengah. "terserah lah!"
"kita tunggu info dari si Imam aja. gausah nekat, acara mau komunikasi sama hantu!"
••••
"
Zahra, bagaimana? sudah selesai mencabuti rerumputan nya?" tanya Ummi Laeli
"sudah Ummi. baru aja tadi selesai." jawab Zahra
"maaf ya, Ummi nggak bisa bantuin kamu. itu karna abi minta dikerok. ngerasa masuk angin katanya"
"oh, iya Ummi nggak papa" ucap Zahra sembari tersenyum.
"itu, si Fachrul belum pulang juga? kenapa lama banget sih, pergi ke rumah temannya?"
Yeah, Zahra memang bilang kepada Ummi Laeli bahwa Gus Fachrul sedang berada di rumah temannya. ya, walaupun aslinya ia tidak tau dimana Gus Fachrul sekarang berada. bahkan, chat dari semalam saja, tak kunjung dapat balasan. kemana Gus Fachrul sebenarnya?
"be-belum Ummi"
"kalau nanti dia pulang, cubit aja tangannya yang kenceng. sampai dia kesakitan. siapa suruh pergi ninggalin istrinya sampai selama ini."
"i-iya Ummi,"
"yasudah, ayo kita makan! Ummi sudah siapin makanan untuk kita bertiga makan"
Zahra mengangguk. mereka berdua pun pergi menuju dapur, untuk makan siang bersama. kyai shaleh, ummi Laeli, dan juga Zahra. hanya mereka bertiga sahaja.
*
*
*darah mengalir dari kedua lubang hidungnya Zahra. entah kenapa ia bisa tiba-tiba mimisan. sebelumnya, terakhir ia mimisan saat ia kelas lima SD. dan sekarang ia mimisan lagi?! "ish, kenapa harus mimisan sih?" Zahra menghapusi darah itu dengan punggung tangannya. karna merasa darahnya masih tetap tak berhenti, ia mencoba memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
Zahra keluar dari kamar mandi setelah dirasa hidungnya tak akan mengeluarkan darah lagi. ia duduk dipinggiran ranjang. "Gus Fachrul kapan pulang nya ya?" Zahra merasa sangat kesepian semenjak Gus Fachrul pergi. ia harus sendirian dikamar terus. tidak ada teman untuk mengobrol.
Zahra membaringkan tubuhnya diatas ranjang. ia menatap langit-langit kamarnya. "jenuh banget. udah mah, gabut lagi. main handphone males. apa... aku ke pondok aja, ya? tiduran disana, sambil baca novel, dan--menyalakan kipas angin. agar lebih sejuk hawa nya? iya ah! aku ke pondok aja. daripada disini sendirian" Zahra beranjak dari tempat tidurnya. ia bersiap-siap untuk pergi menuju pondok putri. ia rindu rasanya dengan kamarnya.
sebenarnya, di pondok itu, tidak diperbolehkan untuk membawa kipas angin. karna akan membuat tagihan listrik meningkat. tapi.. kan, sekarang Zahra sudah jadi istrinya Gus Fachrul? jadi boleh. asal, jangan terlalu sering aja, menggunakan kipas anginnya.
Setelah bersiap-siap, Zahra pun pergi. ia keluar dari kamar, dan--tidak lupa untuk menutup kembali pintu kamarnya. ia pun beringsut pergi menuju pondok putri.
ditengah-tengah jalan, Zahra melihat beberapa santri putri yang menatap nya dengan tatapan tak suka. sinis, dan--diantara mereka juga berbisik-bisik, sembari melihat ke arahnya. seperti sedang membicarakan nya.
Zahra yang sedang berjalan itu, terlihat kaget ketika tangannya ditarik begitu saja oleh seseorang. "lihat. perempuan seperti dia ternyata selama ini menjadi simpanannya Gus Fachrul. dan--baru dinikahinya empat hari yang lalu" ucap perempuan itu. perempuan itu.. bernama Erni. dia seorang Ustadzah di pondok ini. perempuan itu juga lah, yang tadi menarik lengannya Zahra, lalu dibawa ke kerumunan santri putri.
"dibayar berapa sih?"
"aku tidak se-murah itu.."
mereka tertawa. "haha, kamu tadi bicara apa? tidak se-murah itu? ya, jelas murah lah! orang simpanan!"
"ti-tidak! aku tidak pernah menjadi simpanannya Gus Fachrul!"
"ah, kalau bukan simpanan apa? penggoda? heum.." Ustadzah Erna memandang Zahra dari atas sampai bawah. "ternyata, tubuh gendut seperti mu juga ada yang mau ya.. mana, yang mau nya seorang anak dari pemilik pondok lagi!"
Ustadzah Erna dagunya Zahra. agar Zahra dapat menatap kedua matanya. "kamu, tidak jauh lebih beda dari seorang jalang. yang menjual dirinya secara cuma-cuma pada laki-laki"
Zahra menggeleng. tidak! ia bukan seorang jalang. ia perempuan baik-baik. apa yang mereka tuduhkan tidak seperti yang aslinya. "aku bukan seorang jalang U-Ustadzah.. aku tidak pernah menjual diriku sendiri pada seorang laki-laki.." ucap Zahra
"lalu, kenapa kamu bisa menikah dengan Gus Fachrul? padahal, kalian tidak pernah dekat sama sekali"
"Gu-Gus Fachrul yang memintaku untuk menjadi istrinya.."
Ustadzah Erna tertawa. "pfftt.. Gus Fachrul minta seperti itu? apa tidak salah?"
"rasanya, tidak percaya kalau Gus Fachrul meminta kamu, gendut, buat jadi istrinya" perempuan bernama Nayla berucap seperti itu.
"bener. aku nggak bohong" ucap Zahra untuk meyakinkan mereka.
"Gus Fachrul juga milih-milih kali, kalau mau menjadikan seseorang buat jadi istrinya. masa iya, dia mau nge-jadiin kamu istrinya! secara.. bentuk tubuhmu gendut."
"tubuhku memang gendut, tapi, aku tidak munafik seperti kalian! baik didepan, busuk dibelakang!" ucap Zahra dengan nada yang membentak. cukup sudah selama ini ia dibully. ia tak mau ditindas lagi oleh mereka. mulut-mulut yang kejam, tangan-tangan usil, nan jahatnya. ia tak ingin dapat perlakuan seperti itu lagi!
mendengar Zahra yang membentak nya, hal itu membuat amarah Ustadzah Erna memuncak. ia mencekik leher Zahra. "hey, berani kau membentakku?! kau tau aku siapa?!! aku, seorang Ustadzah disini!"
"U-Ustadzah.. le-lepasin. a-aku kesulitan be-bernafas!"
"lepasin aja Ustadzah. nanti kalau dia sampe mati, berabeh kita!" ujar Mila
akhirnya Ustadzah Erna melepas cekikikan tangannya di lehernya Zahra.
Jangan lupa vote and komennya!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GENDUT MILIK GUS MUDA
RomanceCerita ini, menceritakan seorang perempuan yang bernama Chamelia Zhafira Az-Zahra. yang dimana, perempuan ini slalu dihina hanya karna bentuk tubuhnya yang gendut. namun, tak disangka-sangka Gus muda yang bernama Muhammad Fachrul Hidayatullah ini, k...