09. Pak Lurah Arogan

4.6K 458 8
                                    

Mahi menghela nafas lega ketika melihat Abi sudah pergi, dia merasa tidak nyaman berada di bawah tatapan mengintimidasi pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahi menghela nafas lega ketika melihat Abi sudah pergi, dia merasa tidak nyaman berada di bawah tatapan mengintimidasi pria itu. Harusnya sebagai pejabat pemerintahan dia mengayomi masyarakatnya bukan malah sok galak cuma gara-gara tumpukan kardus.

'Pasti Lurah baru launching' pikir Mahi sembari tetap melanjutkan pekerjaannya.

Berselang sepuluh menit kemudian Pak Topan datang hendak fotocopy materi meeting internal kelurahan siang ini.

"Setengah jam lagi di ambil ya Pak, soalnya saya mau selesaikan ini dulu" ucap Mahi daripada Pak Topan lama menunggu.

"Iya gak apa-apa dipakainya juga jam dua nanti kok"

"Pak Topan, memang Pak Zul sudah diganti?" Mahi iseng bertanya karena setahunya Lurah di wilayahnya bernama Zulkifli.

"Iya, beliau kan sudah pensiun, penggantinya juga sudah ada, orangnya masih muda, baru 30 tahun, jadi lagi semangat-semangatnya, punya banyak program yang mau di jalankan, ya salah satunya, yang mau saya fotocopy ini"

"Ooo" respon Mahi seadanya, dia tidak mau kepo tentang Lurah baru itu.

Pak Topan langsung pergi setelah pamit, ia dan Mahi bisa kenal karena pria paruh baya itu sering membeli alat tulis dan peralatan kantor di Toko Mahi yang lebih dekat dan murah dari Toko langganan sebelumnya.

Setelah pekerjaannya selesai, gadis itu langsung ke depan untuk membereskan komplainan Abi tadi, kardus-kardus itu ia bongkar dan susun rapi kemudian di masukkan ke dalam gudang. Sebenarnya itu sudah biasa Mahi lakukan, Pak Lurah itu saja yang tidak sabaran.

Menjelang jam satu siang, Mentari pulang dan langsung menggantikannya setelah makan siang dan berganti pakaian. Hingga ketika Abi datang kembali bukan Mahi yang di temuinya.

"Kenapa Pak?" Tanya gadis berusia 18 tahun itu melihat seseorang berseragam memperhatikan tokonya.

"Tidak saya hanya melihat tumpukan kardus yang cukup berantakan tadi disni, tapi sepertinya sudah dirapikan, oh ya karyawan sebelumnya dimana? saya mau sekalian ambil fotocopyan yang di titip staff saya tadi"

"Tunggu sebantar Pak, Kak..!" teriak Tari, Kakaknya sudah mewanti-wanti untuk tidak meninggalkan Toko dalam keadaan kosong jadi mau tidak mau gadis itu harus berteriak.

"Kak Mahi..!" Dua kali panggilan gadis berambut sebahu itu baru muncul dan langsung berjalan mendekat sambil mengikat rambutnya yang semula tergerai. Dia habis tidur sebentar setelah shalat Zhuhur.

"Eh Pak Lurah, ada perlu apa lagi Pak? Kardusnya sudah saya bereskan kok" seru Mahi sambil membenarkan letak kaca matanya.

"Bapak ini mau ambil fotokopian katanya Kak, tapi aku bingung yang mana ada lima tumpukan disini soalnya"

"Maaf Kakak lupa jelasin" Mahi menunduk mengambil salah satu tumpukan kertas yang sudah ia jilid menjadi tujuh rangkap dari tingkat etalase yang paling atas dan menyerahkannya pada Abi. "Ini tadi yang di titip Pak Topan Pak"

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang