Bab 6

6 2 2
                                    

"Terkadang untuk sekedar menolak secara halus saja tidak bisa, situasi yang sangat menjengkelkan."

~KL~


.
.
.

Keesokan harinya Lea sudah diperbolehkan berangkat sekolah dan sekarang dia sudah siap dengan seragamnya hanya tinggal langsung berangkat. Hanya saja penampilan Lea sekarang di kepalanya terdapat kain kasa yang menutup lukanya. Seperti biasa dia berangkat bersama kakaknya.

Di sepanjang perjalanan Lea tidak memudarkan senyumnya, dia tidak sabar ingin bertemu dengan Alfin, apa ini kenapa dia malah sangat ingin bertemu dengan kakak kelasnya, tentu saja untuk cuci mata.

Saat sudah di parkiran sekolah Lea menjadi pusat perhatian karena kejadian beberapa hari silam, disinilah ekspetasi Lea berbeda dengan kenyataan dia fikir tidak akan menjadi pusat perhatian. Arka yang mengetahui situasi adiknya segera menggenggam tangan Lea dan berjalan menuju kelas Lea.

"Jangan peduliin tatapan atau ocehan orang lain, inget satu hal kalo kemana-mana jangan sendiri dan kalau lo mau ke kantin tunggu gue samperin lo," titah Arka.

Setelah kejadian waktu itu dia harus lebih menjaga adiknya, untuk balas dendam biarkan dia saja yang memikirkan dan melakukannya sendiri. Keselamatan adiknya itu paling utama.

"Siap komandan," jawab Lea.

Dikelas sudah ada banyak siswa yang datang, dia berangkat kesiangan karena diperjalanan Arka tidak mengebut beginilah hasilnya. Dia mendudukkan di kursinya, menunggu Ayra yang belum datang.

Bel sekolah berbunyi dan tepat saat itu Ayra datang dengan tergesa-gesa keringat dikening Ayra juga banyak. Lea tidaklah heran jika Ayra datang kesiangan karena hari ini dia membawa motor dan mengantarkan adiknya terlebih dahulu.

"Hufttt capeeee, untung gue ngga telat hahhh," ucap Ayra yang sudah duduk di samping Lea.

"Eh buset lo udah masuk, gue seneng bangettt," dengan gerakan hendak memeluk Lea tapi Lea menghindar dari Ayra.

"Kenapa?" tanya Ayra.

"Lo bau banyak keringat hahahaha," ejek Lea.

"Enak aja lu, wangi-wangi gini," memperlihatkan keteknya pada Lea.

"Iya-iya," ujar Lea.

Tidak lama setelah itu guru matematika masuk dan memulai pelajaran. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mapel matematika dikarenakan otak masih fresh.

~•~


Beberapa menit sebelum istirahat Bu Nisa menulis soal di papan tulis untuk pekerjaan rumah kelas tersebut.

"Tugasnya harus dikerjakan, pertemuan selanjutnya dikumpulkan! Untuk pertemuan hari ini saya sudahi wabilahitaufik walhidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," tepat setelah Bu Nisa mengucapkan salam bel istirahat berbunyi.

"Baik bu, wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh," jawab semua siswa dikelas dan Bu Nisa keluar dari kelas.

Beberapa murid sudah berhamburan keluar kelas, hanya tersisa sedikit siswa dikelas.

"Zalea, Velin kantin yok," ajak Ayra yang diangguki oleh Velin.

"Lo duluan aja ya, gue disuruh nunggu mas Arka jemput," ujar Lea, pasalnya dia sekarang harus kemanapun bersama Arka.

"Hmm ya udah gue sama Velin duluan ya," ujar Ayra.

Setelah mereka berdua pergi ke kantin satu menit kemudian Arka datang ke kelas Lea.

NOT SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang