Chapter 8

3 1 1
                                    

Sore kali ini mendung. Seperti suasana hati Alyza. Hatinya dilanda cemas dan was-was. Raganya memang ada, tetapi jiwa Alyza entah melayang ke mana.

Brak

Itulah akibatnya bila Alyza tidak fokus berkendara. Berhenti mendadak sebab baru sadar jika kendara lain di depannya berhenti. Bukan Alyza yang menabrak motor orang lain. Orang lainlah yang menabrak motor Alyza dari belakang.

Tidak terlalu keras memang. Namun, cukup membuat Alyza oleng ke samping kiri. Alyza meminta maaf kepada orang di belakangnya sambil menegakkan motornya kembali. Beruntung Alyza tidak terluka, tetapi keadaan motor bagian belakang sedikit tergores.

Sampai di rumah pun Alyza tetap sama. Syukurlah, tidak berselang lama kemudian, suasana hati Alyza berubah jadi baik. Apalagi kalau bukan melihat senyum merekah di wajah Sylvia.

Usai Alyza membersihkan diri, ia menuju ke dapur tempat sang mama berada. "Mama!" Alyza menghambur ke pelukan Sylvia saat wanita itu berbalik badan karenanya.

"Eh? Aly kenapa?" tanya Sylvia terkejut.

Alyza cengengesan sembari melepaskan pelukan. "Kangen aja sama, Mama."

"Ada-ada aja, kamu. Duduk sana, mama masih masak ini, jangan diganggu," ucap Sylvia sembari mengangkat sutil di tangan kanannya.

Sylvia pun melanjutkan masakannya dengan ditonton Alyza duduk manis di kursi dekat sana. Alyza belum bisa masak, jadi ia hanya ikut membantu yang diperintahkan saja. Daripada bikin perut satu keluarga sakit karenanya.

Jam menunjukkan pukul enam tepat ketika Dean pulang ke rumah. Ia langsung bersih-bersih diri dan kemudian makan malam bersama. Sedikit tidak biasanya suasana makan malam kali ini terasa berbeda. Tidak terlalu ceria dan juga tidak terlalu menegangkan. Sebab Sylvia masih bisa tersenyum dan bicara, meski tidak seperti sebelumnya yang hanya menampilkan wajah datar dan ketus.

Usai makan malam, Sylvia mengajak Aksya dan Alyza pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan. Arion tidak ikut karena sedang belajar bersama Rai di rumah Pak Kumis. Ibu dan kedua anaknya itu pergi menggunakan mobil dan Aksya bagian yang menyetir.

Awalnya keadaan di dalam mobil terasa tegang, tapi lama-kelamaan bisa ketegangan cair sebab Alyza yang mulai bercerita tentang perkuliahannya. "Iya tau, Bang. Mangkanya itu, Aly sebenarnya nggak enak sama Shenna."

"Ya udah nggak papa. Kamu harusnya bersyukur dapet sahabat yang mau direpotkan sahabatnya. Pertahankan hubungan persahabatan kalian. Mama yakin, Shenna itu tulus berteman dengan kamu. Intinya dalam sebuah hubungan harus bisa saling komunikasi, memahami dan percaya satu sama lain. Itu poin pentingnya." Sylvia menggenggam erat tangan Alyza selama memberi wejangan.

"Tuh, dengerin kata Mama. Kalau dari abang, berteman sewajarnya aja. Jangan banyak berekspektasi. Karena manusia itu gudangnya bikin kecewa. Dari teman bisa jadi musuh, dan dari musuh bisa jadi teman," timpal Aksya ikut-ikutan menceramahi Alyza.

"Berlaku juga sama pasangan!" Alyza berseru menyindir Aksya.

Sylvia tertawa pelan ketika melihat kedua anaknya malah jadi lanjut saling sindir-sindiran. Kenapa Alyza menyindir Aksya seperti tadi itu karena hubungan asmara kakaknya itu kandas. Pasalnya si Aksya ditinggal nikah sama kekasihnya di saat status mereka masih pacaran.

"Udah-udah kalian ini. Yang berlalu dijadikan pelajaran buat hari ini dan masa depan. Kalian itu udah gede, harus bisa buat keputusan yang tepat. Nah, udah sampai di supermarket. Jangan sampai mama lihat kalian gelut di dalam supermarket. Kalau gelut lagi, mama tinggal," ancam Sylvia lalu turun dari mobil.

Di dalam supermarket, sepasang adik kakak itu benar-benar mematuhi ucapan sang mama. Membuat Sylvia semakin senang dan tenang dalam berbelanja. Namun, dipertengahan belanja Alyza bikin jengkel Aksya.

Love is AroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang