Aku menunduk sambil memilin jari-jariku gugup. Rasanya menatap mata Reyhan saja aku tak sanggup. Hanya bisa mengucapkan satu kata yang terdengar sayup.
"Mas Rey, maafin aku, ya."
Reyhan tidak menjawab. Benar, sepertinya dia marah. Siapa yang tidak marah kalau istrinya berbicara dengan lawan jenis seperti tadi, jelas aku yang salah.
"Kalau saya tidak marah namanya saya dayyuts."
Dayyuts?
"Suami harus punya rasa cemburu, Aysha. Saya tidak suka kamu berbicara dengan pria lain. Jika saya diam, tandanya saya tidak cinta kamu."
Aku mendongak, memberanikan diri menatap mata Reyhan. "Aku salah, Mas. Maafin aku, ya, please...."
"Saya maafkan, Aysha."
Namun, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang abu-abu. Benar, Reyhan kembali bersikap dingin padaku. Dari cara bicaranya pun kembali kaku seperti dulu. Dia memaafkanku, tapi dia tak seperti suamiku. Dia seperti Reyhan yang dulu waktu pertama kali bertemu.
Sorot mata itu, amat menusuk jantungku. Sakit, dia benar-benar tak serius memaafkanku.
"Sudah, ya. Saya—"
"Kenapa Mas jadi kaku lagi sama aku?"
Aku sengaja memotong perkataannya, rasanya tak kuat menahannya begitu saja. Daripada kutahan, lebih baik jika ku ungkapkan, bukan?
"Kaku bagaimana?" Reyhan menghela napas. "Aysha, saya agak lelah. Saya mau mandi dulu, ya."
"Mas Reyhan tunggu sebentar." Aku bangun dari duduk, sengaja menahan Reyhan yang kelihatan kikuk.
"Aku tahu Mas kesel pasti, tapi jangan gini." Aku berkaca-kaca, mataku terasa basah.
"Aysha, kamu nangis?" Reyhan mengapit pipiku yang memerah. Ia lalu menyeka bulir bening yang tumpah.
"Aysha, maafkan saya, ya."
"Nggak! Aku gak mau maafin kamu!" Aku menggeleng keras dengan air mata yang menetes deras.
"Astaghfirullah." Reyhan menarik tanganku lalu memelukku. "Jangan begitu, Aysha. Maaf, ya. Apa sedih sekali?"
Aku sesenggukan. Padahal aku jelas sudah bersikap tegas di depan Albara. Apa seburuk itu perangainya jika sedang cemburu.
"Kenapa Mas jadi kembali kaku? Aku gak suka!" rengekku.
Reyhan menghela napas panjang. "Ya Allah, jadi karena itu?"
"Iya! Kenapa harus bilang saya saya lagi sih? Biasanya juga aku, gitu, sayang gitu. Kenapa? Kenapa malah jadi kayak kulkas lagi? Kamu udah gak cinta aku lagi?" kataku menghujaninya dengan emosi yang meluap. Suaraku putus-putus karena berbicara sambil sesenggukan.
Reyhan memelukku makin erat. "Sayang, maaf sudah bersikap tak baik. Maaf karena membuat kamu jadi salah paham. Aku menyesal," ucap Reyhan dengan suara amat rendah.
Aku mendengarnya sambil menatap matanya sendu. Air mata tak dapat terbendung, aku pun menangis sambil memukul-mukul Reyhan tak karuan.
"Aku kesel sama kamu, Gus Reyhan!" Aku berbalik meninggalkan Reyhan masuk ke dalam kamar mandi.
"Aysha, kenapa malah masuk ke sana? Sayang, kenapa masih marah?" kata Reyhan sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Aku mau mandi!" jawabku dengan nada agak ketus.
"Lho, kenapa jadi kamu yang mandi, Sayangku? Kan tadi aku yang mau duluan?"
Aku lalu membuka pintu. "Jadi, kamu gak mau ngalah sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...