✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
VACATION
"Yeay! Ini adalah langkah pertamaku di sini!" pekiknya begitu senang sembari mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi di udara. Setelah kami baru saja tiba dan berhasil menapakkan kaki di tempat yang ingin dikunjunginya saat ini. Setelah perjuangan yang melelahkan, perjalanan yang cukup lama, menyita waktu dan menguras tenaga di dalam kereta, akhirnya kami bisa sampai di tempat ini dengan selamat. Jujur, aku belum pernah datang ke tempat ini sebelumnya. Atau sekedar mengetahui informasi tentang tempat ini dari mulut ke mulut ataupun dari sosial media manapun.
Namun, menurut pandanganku, tempat ini cukup menarik untuk dijadikan sebagai tempat liburan. Apalagi jika pergi bersama keluarga pastinya. Kesan pertamaku saat melihat tempat ini adalah seperti berada di negeri dongeng. Walaupun tempat ini begitu modern, tapi tetap tak meninggalkan kesan klasiknya. Ya, bisa terlihat dari beberapa bangunan kuno dan berseni di sana sini yang masih berdiri kokoh dan begitu terawat. Juga berbagai ornamen klasik berseni yang tersebar di sepanjang jalan yang kami lewati.
"Wah! Aku mencium bau ramen," ucapnya, sembari mencari tahu darimana asal sumber bau yang dimaksudnya itu.
"Itu cuma halusinasimu saja. Karena kau pasti tengah membayangkannya, kan?" jawabku asal. Masih memperhatikannya yang sibuk mengendus-enduskan hidungnya seperti seekor kucing kecil yang kelaparan.
"Ini memang bau ramen. Apa kau tidak mencium baunya? Apa hidungmu rusak?" Selain tidak bisa diam, terkadang dia ini juga seenaknya saja jika bicara.
"Ya, hanya hidungku saja. Untung yang rusak bukan otakku, sama sepertimu," sindirku padanya setengah menahan kesal.
"Hey! Yang rusak itu bukan otakku. Tapi pankreasku," protesnya tak terima. Diakhiri dengan bibirnya yang mengerucut sangat lucu."Eh! Kau tahu? Akhir-akhir ini sangat berbahaya, ya. Beberapa minggu yang lalu juga ada kasus pembunuhan yang terjadi tak jauh dari rumahku. Polisi di televisi bilang, kalau penjahat seperti itu sulit untuk ditangkap. Bahkan sampai saat ini pun mereka belum berhasil menemukan semua bukti untuk mengungkap siapa identitas si pelakunya. Kejahatan memang selalu ada di atas angin, ya," ucapnya dengan wajah yang berubah serius.
"Menurutku, peribahasa itu kurang tepat," jawabku, menimpali pendapatnya itu."Karena itulah. Hey! Maksudmu, yang tepat adalah, kau akan tetap hidup dan aku pasti akan mati. Begitu, kan?" protesnya, membuatku membuang muka dan menghembuskan napas lelah. Memaksaku harus meluruskan kesalahpahamannya itu.
"Bukan seperti itu. Seperti halnya sebuah buku yang berisikan banyak teori saja, tidak akan cukup untuk dijadikan sebagai landasan batasan hidup manusia. Apalagi informasi semacam itu. Karena semua manusia yang terlahir di muka bumi ini pastilah telah memiliki garis hidupnya masing-masing," jelasku panjang lebar. Hah! Kali ini ia benar-benar hanya memprotesku saja atau ingin mendebatku?Waktu perlahan terus berlalu tanpa terasa. Dan kami telah melakukan banyak hal bersama sembari mengobrolkan berbagai macam hal tentang ini dan itu di sepanjang perjalanan kami. Dimulai dari ia yang ingin pergi makan ke kedai ramen, mengunjungi museum dan menara tua yang ada di sana, berfoto bersama, pergi berbelanja baju dan juga berbagai aksesoris kesukaannya. Dimana menyebalkannya, ia selalu menjadikanku sebagai bahan percobaan fashionnya sebelum ingin membelinya. Parahnya lagi semua hal yang kami lakukan bersama adalah murni karena permintaannya yang sangat memaksa itu.
Sementara malam harinya, kami pergi melihat festival kembang api. Mencoba berbagai macam jajanan di sana, mencoba naik beberapa macam wahana permainan dan hal menarik lainnya. Obrolan-obrolan random pun kerap terselip diantara kami. Bahkan tentang kasus heboh yang telah terjadi di kota kami akhir-akhir ini, tentang berita pembunuhan itu. Ya, lagi-lagi kami membahasnya secara tidak sengaja. Itu memang kasus yang sangat menggemparkan. Karena sampai saat ini polisi belum berhasil menemukan siapa pelaku sebenarnya dan apa motif yang ada dibaliknya. Tapi, topik pembicaraan itupun tak berlangsung lama dan berlalu begitu saja dengan cepat seiring dengan banyak hal menarik yang dilihatnya. Membuatnya cepat beralih dari satu topik pembicaraan ke topik yang lainnya. Ya, tentunya dialah yang lebih sering memulai setiap obrolannya. Sedangkan aku hanya menimpalinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
De TodoHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...